Porter Kaliangkrik, Nepal van Java. Jalur Pendakian Gunung Sumbing yang cukup mengesankan. Nepal Van Java, Lebih dari Sekadar Desa yang Fotogenik
Nepal menjadi destinasi impian turis yang gemar mendaki dan fotografi. Keindahan alam dan keeksotisan panoramanya memang amat menarik untuk direkam dalam memori.
Sayangnya pandemi virus corona masih menghalangi cita-cita para turis untuk menyambangi Nepal, yang saat ini memiliki 86.823 kasus Covid-19, dengan 535 kasus kematian dan 64.069 kasus kesembuhan.
Tapi pemandangan pemukiman di perbukitan dengan latar belakang gunung dan perkebunan sebenarnya bisa dinikimati di Indonesia, tepatnya di Dusuh Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Nepal Van Java sebutan populer pemandangan di sini.
Jika sudah bisa berwisata lagi di tengah era normal baru, turis disarankan sudah datang ke objek wisata alam ini sebelum pukul 05.00 WIB untuk bisa menyaksikan pemandangan "ombak awan" dari Punthuk Nepal, yang merupakan pos pendakian pertama ke Gunung Sumbing.
Datang ke Dusun Buntuh bisa menggunakan mobil atau motor dengan fitur mesin yang mumpuni, karena jalanannya masih berbatu dan menanjak.
Salah satu pemandu wisata mengatakan bahwa pemandangan awan yang seakan menelan pedesaan biasanya terjadi sekitar bulan April sampai Juni setiap tahunnya.
Di bulan itu juga, turis bisa memotret terbitnya matahari yang nantinya muncul di tepat tengah langit.
Selebihnya, turis jangan terlalu banyak berharap mendapat pemandangan sefotogenik itu, apalagi jika datang saat musim hujan.
Untuk bisa naik ke Punthuk Nepal, turis harus siap berjuang mendaki atau naik ojek yang disediakan warga.
Keduanya sama-sama melewati jalanan kecil yang menanjak hampir vertikal. Jadi sebaiknya jangan terlalu banyak membawa barang saat ke atas.
Tarif naik ojek di sini dihargai Rp20 ribu sekali jalan. Berpeganglah erat-erat pada bangku motor dan ikuti instruksi pengendara agar ia lebih leluasa menyetir kendaraan hingga ke atas.
Rasa takut pelan-pelan sirna saat sudah tiba di gapura Punthuk Nepal. Perkebunan sayur mayur dan Gunung Sumbing terasa dekat dari mata, namun sebenarnya turis perlu menanjak lagi selama sekitar 15 menit untuk bisa sampai ke Punthuk Nepal. Bisa jalan kaki atau naik ojek.
Bagi yang tak ingin terlalu lelah mendaki, bisa juga menikmati pemandangan "ombak awan" dari gapura Punthuk Nepal.
"Ombak awan" di Dusun Buntuh. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa)
Pemandu wisata dan warga penyedia ojek dengan senang hati mengajak kita berbincang. Sayangnya tidak terlihat keberadaan warung kopi yang bisa ditongkrongi di area ini.
Saat matahari sudah lumayan terang, bisa kembali ke bawah untuk menikmati pemandangan Nepal Van Java yang lebih lengkap. Bisa kembali naik ojek atau bisa memilih jalan kaki.
Kalau turun sambil jalan kaki, kita bisa berpapasan dengan warga yang tengah memulai hari. Sebagian besar warga yang ditemui merupakan lansia yang hendak bekerja di ladang.
Dengan muka ceria dan segar, mereka pasti menyapa kita dengan bahasa Jawa. Cukup gariskan senyum tulus di wajah jika tak mengerti cara menjawabnya dalam bahasa yang sama.
Dusun Buntuh memang kebanyakan dihuni lansia. Di umur yang sudah senja, mereka tetap semangat menggarap ladang. Jika berpapasan di pagi hari, pasti melihat tak sedikit dari mereka yang sedang berjalan menanjak sembari memanggul sekarung pupuk atau perlengkapan berkebun lainnya.
Kesibukan pagi di Dusun Buntuh. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa)
Pemukiman ini juga diisi oleh bangunan bertembok berukuran sederhana. Sebagian besar tembok rumah yang ada di pinggir jalan sudah dihiasi mural untuk menyambut wisatawan sejak Nepal Van Java viral tiga bulan yang lalu.
Selain peladang, saat jalan turun dari Punthuk Nepal turis juga bakal menemui pasar kecil yang berisi lapak penjual sayur mayur, sembako, dan jajanan pasar. Gemas rasanya melihat sayur mayur yang dijajakan, karena rupanya yang segar-segar, hasil penanaman menggunakan pupuk kandang yang diolah alami oleh masyarakat di sini.
Beranjak ke spot berfoto, turis bisa naik ke atap rumah seorang warga yang disewakan untuk berfoto. Tarifnya Rp2.000 per orang. Harap bersabar saat ingin berfoto di sini, karena pasti banyak turis yang ingin mengabadikan momen yang sama.
Selain datang lebih pagi, menggunakan alas kaki yang nyaman, membawa bekal makanan dan minuman sendiri, turis yang ingin datang ke Nepal Van Java juga tetap disarankan untuk menjaga protokol kesehatan pencegahan virus corona dengan mengenakan masker, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan sesering mungkin dengan hand sanitizer, agar masyarakat Dusun Buntuh dan turis lain terlindungi dari paparan Covid-19.
"Pertahankan alam, karena manusia tak bisa makan uang," begitu bunyi salah satu mural yang terpajang di tembok Dusun Buntuh.
Lebih dari sekadar pemukiman yang fotogenik, secara tidak langsung Dusun Buntuh juga memberi pelajaran bagi pengunjungnya mengenai pentingnya hidup selaras dengan alam dan menikmati hari-hari yang dianugerahi Tuhan.
Lihat juga:FOTO: Selamat Pagi dari Nepal Van Java |
(ard)
[Gambas:Video CNN]