Porter Tretes, Teammu Semangatmu Untuk Menapaki Puncak Gunung Arjuno Welirang
Dalam sekali waktu pendakian, selama kurun 3 hari sejak Kamis hingga Sabtu lalu, dua puncak sekaligus: Welirang dan Arjuno, bisa didaki.
Pendakian pertama di hari Kamis siang pukul satu. Usai tiba di pos 3 Pondokan dan rehat beberapa saat, saya dan kawan-kawan lalu melakukan summit ke puncak Welirang.
Butuh waktu selama 4 jam untuk menuntaskan summit siang itu. Pukul lima sore, tepat saat matahari merangkak menuju ujung barat, rasanya seakan ada energi tambahan yang mendesak kedua kaki ini untuk lekas-lekas berlari menggapai sebuah plakat bertuliskan "Welirang 3.156 mdpl". 🥳🤲
Setelahnya, semuanya saling melempar senyum dan tawa senang.
Summit kedua, menyasar ke Ogal-Agil. Sebuah nama yang disematkan untuk puncak Arjuno. Ketinggiannya mencapai 3.339 mdpl. Beberapa meter lebih tinggi daripada Welirang.
Arjuno punya tingkat trek pendakian lebih sulit daripada Welirang. Dari Pondokan, kami berenam menaiki dan memutari sebuah bukit menuju sebuah sabana luas. Namanya Lembah Kidang.
Dahulu, konon, di tempat itu menjadi basis populasi Kidang. Saat kesana, tak ada lagi Kidang. Tempatnya sepi, tenang, juga menawarkan keindahan perbukitan yang berdiri tegak dan dikerumuni pohon-pohon Cemara hutan hijau nan rimbun.
Kami summit ke puncak Arjuno pukul tujuh pagi. Butuh waktu selama enam jam lebih untuk bisa menjejakkan kaki di tumpukan batu yang menjadi titik tertingginya.
Empat jam sebelum tiba di sana, hujan turun. Mulanya hanya rintik-rintik biasa. Kian lama, terlebih saat mendekati titik puncak, hujan kian deras. Soal, saya dan seorang kawan pak @syaifudinarif0 tak membawa mantel. Jadilah tubuh kami basah kuyup. Suhu di atas semakin dingin tak karuan. Belum lagi kabut tebal yang membatasi jarak pandang ke depan, cukup menyulitkan kami dalam berjalan. Di sela kami berjalan, tiba-tiba nyali saya agak kendur. Padahal, bendera merah putih kokoh sudah tampak berkibar-kibar di ujung bukit yang menjadi titik paling tinggi. Hujan makin deras. Tubuh saya menggigil hebat.
Ada keinginan untuk balik. Tapi pak @syaifudinarif0 berusaha mencegahku. "Kalau sampeyan turun, balik, buat apa jauh-jauh berjalan kemari?"
Wowwww....
ada benarnya juga ucapan kawan saya tadi. Untuk apa saya jauh-jauh melangkahkan kaki menaiki bukit demi bukit yang tinggi dan terjal kalau pada akhirnya harus balik turun ke bawah menuju camp? Akhirnya, setelah berdiri sejenak di tengah hujan angin badai menghantam tubuh kami berdua, kami lalu putuskan untuk lanjut berjalan. Sementara puncak Ogal-Agil kian tampak berdiri gagah, walau kabut putih masih menyelimuti sekelilingnya. Tentang nyali saya yang tadi sempat kendur, terus terang saja, saya saat itu takut terkena hipotermia di ketinggian. Apalagi tubuh tak bermantel meski tetap berjaket. Tapi, inilah peran seorang kawan dekat, dia tetap memotivasi rekannya saat semangat mulai menurun. Thanks bro @syaifudinarif0 😝👏👏. Setiba di titik tertinggi, kami berdua berteriak: alhamdulilah 😀👏. Sayangnya, langit tampak memutih pekat. Sehingga kami tak mampu memandang view perkotaan di bawah sana. Tak apalah. Sebuah plakat batu bertuliskan Arjuno 3.339 mdpl membuat kami seperti saling berebut untuk membawanya 😂😝😁. Udara masih membuat kami menggigil. Tapi, di sela rasa dingin tak karuan yang menusuk kulit, tawa-tawa bahagia tampak tak pernah lepas dari wajah-wajah kami di atas sana. 🙏
syaifudinarif0 Makanya kenapa di postingan saya......saya sebutkan klu tujuan saya adalah puncak dan kembali ke rumah adalah bonus untuk menceritakan perjalanan saya menggapai puncak dg segala kondisi dan rintangan.... Setelah kita niatkan jangan sedikit saja berfikir untuk mundur...kecuali kaki sudah tidak dapat di langkah kan kembali. Di situ ada pembelajaran hidup bahwa kita jangan gampang menyerah karna suatu keadaan. Tetep fokus dan semangat.
Curahan Hati.
Team Ahmad Junaedi menapaki Gunung Arjuno Welirang 29-31 Oktober 2020 Jalur Pendakian Tretes
Intagram :: https://www.instagram.com
