Paket Ter Murah Mendaki Merbabu - Porter Merbabu Mount, Guide Gunung Merbabu, Pendakian Hemat Berkualitas, Porter Suwanting, Porter Selo, Porter Wekas, Porter Chuntel, Porter Thekelan
#Berbagi Informasi - Itu Bermanfaat
Sabana 2 Merbabu via Selo, Kemping Ceria :D
“Gosip
yang beredar bahwa jalur Merbabu via Selo adalah level pemula saya
nyatakan dengan ketetapan hati nurani yang luhur bahwa itu HOAX dan
SESAT :D”
Tips penting: jangan pernah jalan kaki membawa beban kerir menuju basecamp pendakian dari jalan raya Selo.
Asli jauh dan naik turun. Sekitar 2km lebih mungkin. Mending naik ojek.
Kecuali kalau kamu niat dan kamu setrong silakan saja jalan, tapi mesti
capek yakin deh :D. Soalnya di hari minggunya ketemu dengan pendaki
asal Kediri yang jalan dari jalan raya Selo menuju basecamp. Mereka
kelelahan dan gagal muncak. Mereka terjebak(atau dibohongi) kata-kata
dari sopir bus/angkot yang berkata bahwa jarak basecamp dari jalan raya
Selo dekat.
***
Prolog
Alhamdulillah
masih diberi kesempatan untuk bertemu bulan Ramadhan. Kesempatan
beribadah sama berdoa yang lebih untuk sesuatu yang sedang saya usahakan
akhir-akhir ini J. Tanggal 4 dan 5 Juni adalah akhir pekan terakhir
sebelum masuk ke bulan Ramadhan. Rasanya agak gimana gitu kalau tidak
disempatkan untuk piknik kemana :D. Sebenernya kemarin sih gak punya
rencana, tapi ada teman yang mengajak menanjak ke Merbabu via Selo. Nah
kebetulan saya belum pernah via Selo. Dari dulu biasanya selalu lewat
Wekas karena secara tradisional SMA saya, SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta
selalu melakukan pendakian masal dan segala kegiatan grup pecinta
alamnya di situ. Itu dikarenakan BHC (Bhaskara Hiking Club) berdiri di
rute Merbabu via Wekas. Dulu setelah saya menjadi alumni sering ikut
pendakian masal mereka meskipun saya bukan anggota dari BHC. Nyeselnya
sekarang, kenapa dulu gak ikut BHC ya waktu masih SMA :D.
Akhirnya
saya memutuskan untuk ikut Yudi, teman yang mengajak naik ke Merbabu via
Selo. Iseng- iseng saya mengabari Radit teman in piknik saya kalau saya
akan menanjak Merbabu ikut teman. Tak disangka dia tertarik bergabung
karena dia belum pernah juga ke Merbabu via Selo :D. Cocok lah akhirnya
saya ada teman berangkatnya setelah akhir-akhir ini solo hiking terus.
Saya sangat senang soalnya Radit ini teman yang solid ketika diajak
perjalanan, cocok lah pokoknya sama saya :D. H-1 tiba-tiba teman Yudi
yang berjumlah 5 orang membatalkan karena berbagai alasan. Yudi pun
memutuskan untuk membatalkan naik ke Merbabunya. Walah kan, malah piye
iki. Dia tidak mau ikut bareng kami karena kami berangkat dari jogja
hari Sabtunya jam 12 sianga an. Pengennya dia berangkat pagi soalnya
males nanjak malem-malem, hadeh. Sementara pagi saya ada pekerjaan yang
harus saya selesaikan dulu. Yasudah nanjak berdualah kami. Pantang batal
sebelum bikin indomi telor di gunung :D.
*Hari 1, 4 Juni 2016
Jogja-Basecamp Merbabu via Selo
Semua peralatan dan logistic sudah terpacking
rapi. Tinggal menyelesaikan beberapa printilan yang kadang kelupaan :D.
Sembari menunggu Radit datang saya mengecek ulang barang-barang di
kerir. Yak lengkap sudah. Sekitar jam 12 Radit akhirnya datang. Setelah
ngobrol ngalor ngidul sebentar akhirnya kami berangkat menunggang si
merah motor kesayangan saya. Rencana akan mampir ke warung legend
Barokah di Selo sebelum nanjak untuk makan siang. Karena kami sama-sama
belum makan dari pagi :D. Sekitar jam 12.30 kami memulai start menuju
Selo. Melewati jalan Magelang cukup lancar. Sampai di Muntilan kami
memutuskan lewat desa Dukun tanpa lewat Sawangan. Seperti yang sudah
saya sadari bakalan lewat jalan berantakan lagi ni ke arah Selonya :D.
15 Mei 2016 lalu saya sempat nanjak ke Merapi. Dalam waktu sesingkat ini
saya yakin kondisi jalan akan hampir tetap sama berantakannya :D.
Setelah
melewati beberapa antrian karena bergantian memakai jalan, beberapa kali
menenbus debu dari truk pasir yang lewat, berbanyak kali memakai gigi 1
akhirnya sampai juga di Selo jam 15.37. Di jalan kami juga sempat
menolong ibu-ibu dan anaknya yang jatuh karena tergelincir pasir waktu
berpapasan dengan kami. Memang berkendara di jalan yang berantakan
seperti itu harus hati-hati dan memakai trik-trik khusus. Alhamdulillah
kami yang berboncengan dan membawa 2 kerir berberat 10-15kg berhasil
melaluinya dengan lancar. Langsung melipir ke warung Barokah untuk
beristirahat sejenak. Pegel jari tangan ngegas ngerem terutama dihajar
jalan menuju Selonya itu. Akhirnya kesampaian juga makan setelah ngampet
laper selama dijalan. Radit juga ngobrol-ngobrol sama ibu pemilik
warungnya karena memang kenal dan sudah menjadi langganan.
Warung legend langganan “Barokah” di jalan raya Selo
pos penarikan retribusi pendakian, sepanjang jalan ke atas itu banyak basecamp, tinggal pilih yang mana. (foto diambil hari ke 2)
Setelah
cukup kami memutuskan lanjut ke basecamp. Jalannya bisa lewat Masjid
Selo masuk ke utara. Ikuti jalan saja nanti ada petunjuknya. Kalau
tersesat tinggal tanya penduduk sekitar. Dengan senang hati mereka akan
menunjukkan jalan. Tips penting: jangan pernah jalan kaki membawa beban kerir menuju basecamp pendakian dari jalan raya Selo.
Asli jauh dan naik turun. Sekitar 2km lebih mungkin. Mending naik ojek.
Kecuali kalau kamu niat dan kamu setrong silakan saja jalan, tapi mesti
capek yakin deh :D. Soalnya di hari minggunya ketemu dengan pendaki
asal Kediri yang jalan dari jalan raya Selo menuju basecamp. Mereka
kelelahan dan gagal muncak. Mereka terjebak(atau dibohongi) kata-kata
dari sopir bus/angkot yang berkata bahwa jarak basecamp dari jalan raya
Selo dekat. Lu kira lagunya Ran jauh dimata dekat di hati po pak sopir
:D. Ada jalan yang saking nanjaknya sampai motor saya di gigi 1 pun ndak
kuat. Radit terpaksa turun huahahaha #motornyalelah
gerbang pendakian Selo, KM 0
Basecamp (1836 mdpl) – Pos 1 Dok Malang (2189 mdpl) naik 353m jarak 1,77km
Setelah
sampai di gerbang basecamp kami membayar retribusi pendakian dan parkir.
Jadi semacam gang kumpulan basecamp gitu. Dicegat di depan. Setelah itu
tinggal pilih mau ke basecamp pak mana yang disenangi. Ada beberapa
rumah yang dijadikan basecamp. Yang cukup terkenal adalah basecamp pak
Bari yang ada musholanya di kiri jalan. Atau disebelumnya ada basecamp
pak Parman yang berada di kanan jalan. Kami mulai berjalan dan jam 17.17
sampai di gerbang pendakian Merbabu. Seperti yang biasanya, jalan di
awal pendakian hampir selalu melewati hutan. Berjalan santai sambil
sesekali mengobrol. Sangat menikmati pendakian kali ini karena saya ada
temannya :D.
rute awal-awal, hutan multi pohon (foto diambil hari ke 2)
Jalan masih
cukup landai sekali agak menanjak. Tubuh masih terasa aneh karena sedang
men-sinkronkan antara gerak tubuh dan detak jantung. Adzan magrib pun
tiba dan kami berhenti sejenak menunggu pergantian antara siang dengan
malam. Setelah itu kami melanjutkan berjalan setelah menghidupkan
senter/headlamp. Beberapa kali melewati pohon yang melintang di
jalur. Harus berhati-hati ketika menerobos lewat bawah. Karena otot
sedang berkontraksi tiba-tiba untuk menekuk. Dapat menyebabkan kram.
Setelah 1x mengalami hampir kram akhirnya saya berhati-hati ketika
menerobos ke bawah pohon. Jam 18.26 kami sampai di Pos 1 Dok Malang.
menerobos pohon tumbang, harus hati-hati karena kaki menekuk bisa ketarik atau kram (foto diambil hari ke 2)
Pos 1 Dok Malang (2189 mdpl) – Pos 2 (2412 mdpl) naik 223m jarak 989m
Setelah
sampai pos 1 kami beristirahat. Ya memang sering beristirahat sih dari
tadi :D. Soalnya kami benar-benar nyantai menikmati pendakian sambil
ngobrol ngalor ngidul dan ngerasani pendaki lain :D. hahahaha. Lanjut
berjalan lagi. Jalur sudah mulai lebih menanjak dari yang
sebelum-sebelumnya. Bahkan ada beberapa yang cukup terjal. Ramai juga
oleh pendaki lain. saling susul menyusul. Sampai di pos bayangan Pos
Kota, Simpang Macan jam 19.02. Lansung istirahat dan ngerasani pendaki
lain lagi :D. Setelah dirasa cukup lanjut berjalan lagi dan akhirnya
sampai di pos 2 jam 19.36
Pos 1 Dok Malang (foto diambil hari ke 2)
sudah mulai nanjak-nanjak menuju pos 2 (foto diambil hari ke 2)
Pos 2 (foto diambil hari ke 2)
Pos 2 (2412 mdpl) – Pos 3 Batu Tulis (2593 mdpl) naik 181m jarak 603m
Saya merasa
cukup lelah. Beban air yang lebih banyak dari biasanya membuat pegel
pundak dan pinggang :D. 3 botol air mineral 4,5L + 850ml botol luar
ternyata cukup berat. Belum lagi ditambah logistik, tenda dan
perlengkapan lain, memang terasa ini di pundak dan pinggang :D. pos 2
ini cukup luas dan bisa untuk mendirikan lebih dari 10 tenda. Bahkan 20
lebih. Lanjut lagi berjalan. Beberapa saat masih hutan pohon-pohon besar
dengan jalur yang lebih menanjak lagi.
percayalah, puncaknya masih jauh (foto diambil hari ke 2)
Beberapa
saat kemudian keluar dari hutan tinggal rerumputan dan pohon-pohon yang
tidak terlalu besar. Di jalur kami melihat lampu-lampu senter dari
pendaki lain diatas. Beh keliatan gitu diatas banget, nanjak-nanjak
jelas di depan :D. Berbalik kami melihat lampu-lampu senter dari pendaki
lain di Merapi. Juga jalan lurus yang sangat ramai di sebelah tenggara.
Sepertinya jalan Slamet Riyadi Solo. Subahannallah indah sekali. Langit
cerah. Bintang-bintang bertebaran. Gunung Merapi juga terlihat dengan
jelas. Beberapa saat kami menjelepok duduk di jalur melihat pemandangan
indah ini. Damai sekali rasanya hati. Lelahnya sih tetep :D. hahahaha.
Sampai pos 3 Batu tulis jam 20.08.
pos 3 Batu Tulis (foto diambil hari ke 2)
Pos 3 Batu Tulis (2593 mdpl) – Sabana 1 (2770 mdpl) naik 177m jarak 648m
Hahaha
ternyata membutuhkan waktu 1,5 jam dari pos 2 ke Pos 3. Memang sudah
mulai cukup berat jalurnya. Apalagi otot perut saya sepertinya tertarik.
Sakit sekali rasanya. Kami beristirahat cukup lama di pos 3 ini.
Menaruh kerir dan minum banyak. Terutama saya yang lemah dan tukang haus
:D. Hebat bener si Radit. Sejak dari awal pendakian masih tetep stabil
ndak ngeluh capek. Asem tenan dia :D. Udara di pos 3 ini semakin dingin.
Ditambah lagi kami berhenti cukup lama. Tercatat 13-15 derajat celcius
di thermometer. Pos 3 sangat luas. Di kiri kanan sabana luas. Banyak
tenda sudah berdiri disini. Masih jauh dari sini ke puncak. Kalau
memiliki tenaga lebih menurut saya skip saja jangan camp disini. Tapi
berusaha lebih naik minimal Sabana 1 lah. Tempat camp terbaik ya di
Sabana 2 target kami malam ini.
jalan keatas itu arahnya ke Sabana 1 (foto diambil hari ke 2)
step 1, tanjakan webbing (foto diambil hari hari ke 2)
step 2, tanjakan unyu (foto diambil hari ke 2)
Kami pun
melanjutkan berjalan dan edian ini treknya. Menurut saya trek terberat
di jalur Selo ini. Sangat licin dan terjal. Di satu tempat dipasang
webbing oleh komunitas/rental alat outdoor dari Jogja. Ada namanya di
webbingnya tapi saya lupa tidak memfoto. Terima kasih sekali atas
sumbangannya. Sangat membantu dalam menanjak maupun turun. Bener-bener
ngesot saya disini. Setiap 10 langkah istirahat. Ampun kakak chapeque
dik :D. Nafas ngos-ngosan degub jantung mencepat. Ketika beristirahat
juga harus hati-hati karena licin dan rawan kejelungup kebelakang karena
beban kerir :D. Saya ngeri sendiri beberapa kali hampir kejelungup
kebelakang. Bakalan babak belur kalau jatuh :D. Ditambah lagi malam hari
pandangan terbatas. Harus benar-benar berhati-hati di jalur ini. Sempat
melihat memoriam pendaki yang meninggal di jalur ini. Setelah
perjuangan akhirnya sampai juga di Sabana 1 jam 21.11.
pos 3 Watu tulis dilihat dari atas tanjakan unyu (foto diambil hari ke 2)
sabana 1 (foto diambil hari ke 2)
Sabana 1 (2770 mdpl) – Sabana 2 (2858 mdpl) naik 88m jarak 232m
Istirahat
sejenak di Sabana 1. Kekuatan saya mendekati akhir :D. Ngantuk banget
dari tadi udah menguap terus. Otot perut yang ketarik juga bikin gak
nyaman. Keburu pingin geletakan tidur :D. Sementara Radit masih
strong-strong aja :D. Lanjut lagi nanjak di tajakan yang tidak securam
tanjakan sebelumnya. Tapi karena fisik sudah kelelahan tetep aja capek
dan ngos-ngosan. Beberapa kali juga melewati pendaki yang tepar jelepok
duduk di tanah :D. Setelah ngesot dan berjuang akhirnya sampai di Sabana
2 jam 21.44. Alhamdulillah. Sabana 2 cukup ramai dengan tenda-tenda
pendaki. Meski begitu masih sangat-sangat luas buat mendirikan tenda.
Namanya juga sabana :D. Tetapi bagian strategisnya yang dekat dengan
pohon sudah diambil orang.
sabana 2 nya ada diatas sana lho (foto diambil pada hari ke 2)
Kami
kemudian berdiskusi dimana sebaiknya mendirikan tenda. Karena Radit
melihat disebelah timur Sabana terdapat bukit yang menutupi untuk
melihat sunrise. Kamipun memutuskan untuk menaiki bukit dan mendirikan
tenda di sebelah pohon satu-satunya :D. Lokasi ini terbuka sih kurang
cocok jika kondisi berangin. Cuaca Alhamdulillah cukup cerah angin
tenang dan suhu masih kisaran 13-15 derajat celcius. Membongkar kerir,
mengeluarkan tenda dan segera mendirikannya. Saya merasa sangat
kelaparan dan memutuskan membuat mie instant setelah tenda berdiri. Asli
lapar banget :D. Saya juga membuat kopi hangat. Sementara Radit tidak
makan hanya mengemil gula jawa yang sejak tadi menjadi senjata saya
melibas tanjakan :D. setelah cukup ngobrol2 akhirnya kami tidur.
*Hari ke 2, 5 Juni 2016
Sabana 2, Kemping Ceria
Sekitar jam
3-4 pagi saya terbangun karena kegaduhan di luar. Ternyata ada juga yang
mendirikan tenda di spot kami. Radit mungkin juga terbangun. Saya
berusaha tidak memperdulikannya dan mencoba terus tidur. Tapi rombongan
itu ternyata cukup ribut, asem sekali :D. Salah satu etika ketika sampai
ditempat camp dan sudah lebih dari jam 10 malam adalah dengan tidak terlalu ribut dan berisik.
Karena tetangga kita yang menenda lebih dahulu dimungkinkan sedang
beristirahat. Waktu beristirahat sangat penting ketika melakukan
pendakian seperti ini untuk memulihkan tenaga. Beberapa kali juga
terbangun karena cuaca cukup dingin di dalam tenda 11-13 derajat celcius
:D.
sunrise, tampak di kanan gunung Lawu
terpekur dah terharu, halah
Akhirnya
pagi pun tiba. Saya terbangun oleh alarm di hp yang saya set jam 05.00.
Radit mungkin juga sudah bangun dan hanya tidur-tidur ayam. Saya keluar
dari tenda dan bersiap melihat matahari terbit di ufuk timur. Memang
spot kami menenda ini memang sangat cocok. Bahkan sebenarnya tidak perlu
keluar dari tenda untuk melihat matahari terbit. Pemilihan tempat spot
ini oleh Radit memang brilian :D. Radit pun akhirnya bangun dan
menyiapkan kamera nya untuk mengambil foto. Dia memilih memfoto dan
melihat sunset dari dalam tenda :D. Matahari terbit dilihat dari
ketinggian selalu menimbulkan sensasi yang lain. Nuansa yang ditimbulkan
susah diungkapkan dengan kata-kata. Tak henti hati mengucap kata syukur
masih diberi kekuatan, kesempatan untuk melihat semua ini.
Subahanallah. Seperti biasa saya menjadi mendadak galau kalau sedang
terharu seperti ini :D. Melihat betapa kecilnya saya dibanding semua
ini, semesta yang hanya baru secuil.
tempat kemping ceria kami
i feel free, halah
Galaunya
udahan karena spot menjadi ramai orang-orang yang juga melihat matahari
terbit :D. masing-masing sibuk dengan kegiatannya. Ada yang foto-foto,
foto-foto sambil nulis pesan di kertas dan macem-macem lainnya. Oya kami
tidak terlalu mengejar untuk melihat matahari terbit dari puncak. Bukan
karena apa-apa sih. Mungkin karena kami berdua sudah pernah muncak.
Jadi melihat matahari terbit dari Sabana 2 sudah cukup. Dan bahkan tidak
usah ke puncak juga sudah cukup :D. Pada awalanya memang begitu
kesepakatan kami. Tidak sampai ke puncak tidak apa-apa. Yang menjadi
target kami adalah sampai di Sabana 2 saja sudah cukup. Saya
berjalan-jalan di sekitar tenda. Melihat arah puncak yang masih menanjak
terjal :D. Radit ternyata kebelet pup dan harus mencari semak-semak.
Pada akhirnya saya juga menyusul kebelet dan mencari spot juga :D.
hahahahaha. Untuk hal satu itu juga ada SOP/etika nya lho. Antara lain:
1. Jangan pup di dekat jalur. 2. Gali tanah dengan kedalaman secukupnya.
3. Tisu basah juga ikut dikubur sekalian. 4. Tandai tempat dengan
ranting agar tidak terinjak oleh orang lain. 5. JANGAN PUP DI SUNGAI
ATAU MATA AIR. Itu saja sih yang penting. Pernah baca di blog orang di
gunung di Jawa Barat yg ngehits itu banyak tisu sisa bekas lap yang
berceceran. Nggilani tenan jijik huek.
tenda kami dilihat dari bukit atas tempat kemping di sebalah kiri, Merapi di latar belakang, tempat kemah utama di sabana 2 di sebelah kanan.
pegangan Edelweiss biar tetap strong setelah kamu tinggalkan, ~duh :D, jalur tanjakan terakhir menuju puncak yang terlihat terjal dan bikin chapeque pastinya
Kamipun
menikmati suasana Sabana 2 dengan khidmat. Saya memutuskan untuk
menjelajah berjalan-jalan naik ke bukit di utara spot kemah kami untuk
memuaskan hasrat menjelajah saya :D. Radit memilih untuk tetap di area
tenda saja. Cukup nanjak juga. Jalur ini akan bertemu dengan jalur utama
di pos Watu Lumpang. Pos terakhir sebelum puncak. Jadi setelah Sabana 2
masih harus menanjak 2x bukit sebelum puncak. Yang pertama bukit hutan
padang edelweiss kemudian sampai di pos Watu Lumpang. Yang kedua
tanjakan terakhir setelah Watu Lumpang akhirnya area puncak. Di Watu
Lumpang sempat mengobrol dengan para pendaki lain. ada 3 tenda di area
Watu Lumpang. Di area ini cukup untuk mendirikan beberapa tenda. Ramai
pendaki yang naik nanjak ke puncak atau yang baru turun. Saya
duduk-duduk di area Watu Lumpang dan menikmati melihat-lihat para
pendaki lain. Beberapa pendaki yang hot bersliweran, hahahahaha :D.
Setelah cukup saya turun ke Sabana 2 melewati jalur utama.
jalur tanjakan terakhir menuju puncak dilihat dari Watu Lumpang
tempat kemah utama sabana 2 dilihat dari tempat kemah kami
Sampai di
spot tenda Radit tampak sedang memfoto-foto. Setelah itu dia memasak mie
instant + telor. Wah enak sekali sepertinya :D. Saya tergiur juga untuk
membuatnya. Radit memasukkan telor di kotak sehingga tidak pecah.
Penting juga itu telor. Untuk tambahan nutrisi tidak hanya mie instant
saja. Sepertinya besok harus membeli egg holder :D. sempat
ngobrol juga dengan pendaki asal Kediri yang merasa “ditipu” dengan
gossip yang beredar bahwa Merbabu via Selo adalah rute pemula :D,
huahahaha emang sesat itu gosip. Setelah dirasa cukup kami bersiap-siap
berberes tenda dan packing pulang. Kali ini tenda yang membawa
Radit karena akan sekalian dikembalikan ke mas Arie oleh dia. Jalur
Merbabu via Selo disamping cukup berat dan terjal merupakan salah satu
jalur pendakian dengan pemandangan terindah. Asli banyak spot bagus.
sekali lagi bendera MTB Federal Indonesia Yogyakarta berkibar di ketinggian
Perjalanan Turun.
Kami mulai
berjalan turun sekitar jam 10.29. Berjalan santai sambil melihat-lihat
pemandangan. Tak disangka dan dinyana ketemu Yudi teman pendaki yang
katanya ndak jadi nanjak ke Merbabu. Ternyata dia berangkat nanjak jam
03.00 pagi. Edan tenan kan. Padahal katanya males jalan malem-malem. Eh
malah jalan pagi dini hari dia, huahahahah :D. Saya ketawain dan
buli-buli :D. Ternyata temannya baru ada malam harinya, dan dia galau
karena hari itu adalah minggu terakhir sebelum Ramadhan. Akhirnya mereka
menanjak tanpa membawa kerir dan hanya membawa daypack berisi air dan
makanan saja untuk tektok (naik langsung turun). Ampun deh tektok
Merbabu via Selo jalannya yang gitu :D. Kemarin saja saya ke Merapi
tektok merasa sangat kelelahan. Itu aja ndak pake muncak cuma sampai
pasar bubrah saja. Ampun kalau tektok. Harus persiapan fisik lebih
karena bakalan terforsir.
Sabana 1 dilihat dari ketinggian
Radit menerobos gerumbul Edelweiss di Sabana 1
Itupun yang
terjadi dengan Yudi dan temannya. Dia menjelepok kelelahan di Sabana 1.
Yakin pasti capek sekali :D. sampai di Sabana 1 jam 10.52. Kami pamit
untuk melanjutkan jalan lagi. Dan akhirnya melihat jalur dari pos 3 Watu
Tulis ke Sabana 1, memang bener-bener ini jalur :D. Sempet kepeleset
jatuh dan membuat bulu kaki tercabut gara-gara tergesek tanah lempung
keres. Asem sakit :D. Mana banyak orang juga jadi malu dan saya
ngakak-ngakak sendiri :D. Bertemu juga dengan beberapa pendaki yang
berbalik tidak jadi kepuncak karena mungkin tidak keburu waktu atau
kelelahan. Memang masih jauh ke puncak dari sini. Juga masih
nanjak-nanjak terjal :D. sampai di Pos 3 Watu Tulis jam 11.21. Kami
beristirahat cukup lama disini. Masih banyak juga yang menenda disini.
Saya menaruh kerir dan geletakan. Sudah mulai pegel-pegel lagi kaki
karena menahan beban di jalur yang berat. Itupun sudah dibantu trekking pole andalan. Nek gak mbok wis tepar dengkule :D.
Lanjut
berjalan lagi jalannya masih cukup curam dan sepertinya koq jauh banget
ya dari pos 3 Watu Tulis ke pos 2. Mungkin gara-gara sudah capek :D.
Seperti biasa jempol kaki sudah nyut-nyutan :D. Kondisi fisik masih
cukup baik dalam mengimbangi Radit yang masih tetep strong, sakti tenan
itu manusia :D. Akhirnya sampai juga di pos 2 jam 11.58. Masih ramai
dengan pendaki lain yang menenda. Tidak istirahat disini kami langsung
lanjut jalan. Beberapa saat mulai masuk ke hutan lagi. Pohon-pohon sudah
mulai melebat. Kami bahkan sempat lari-larian ketika turun. Katanya
Radit biar keringetan. Idene aneh-aneh aja itu memang :D. Dan akhirnya
sempet juga terpeleset jatuh lagi hahahaha asem sekali :D. Melewati pos
bayangan Pos Kota Simpang Macan jam 12.08. Sampai di pos 1 Dok Malang
jam 12.22. Ramai pendaki yang sedang beristirahat disini. Tadi juga
sempet crowded dan antri di jalur. Kami lanjut mendahului dan mulai
mempercepat langkah. Saya merasa masih cukup kuat untuk kadang
lari-larian waktu turun sama Radit. Walaupun jempol kaki tetep aja
sakit. Kalau turun pakai sandal gunung sepertinya tidak akan sakit. Lain
kali harus mencoba turun pakai sandal saja.
pos Kota Simpang Macan
Kembali lagi
melewati dan nerobos pohon yang melintang lewat bawah. Benar-benar
berbahaya karena otot sudah lelah dan harus menekuk gitu kakinya. Rawan
kram. Padahal udah tau caranya tapi tetep aja kerasa hampir kram :D.
Sampai di gerbang pendakian lagi jam 12.54. Berjalan sedikit lagi sampai
di tempat memarkir motor. Kami langsung bablas tidak beristirahat dulu
karena dari tadi sudah niat untuk beristirahat di Warung Barokah.
Alhamdulillah.
Terimakasih
kepada Allah SWT yang sekali lagi memberi saya kekuatan dan kesempatan
untuk melakukan perjalanan ini. Terima kasih kepada Ibu saya atas restu
dan doanya.Terimakasih untuk Radit teman seperjalanan yang solid dan
dapat diandalkan. Merasa aman dan nyaman berpetualang bersama dia :D.
Semoga masih diberi kesempatan untuk berpetualang lagi. Aamiin. Next time kita hiking couple double date ya Dit, hahahahahaha.
Tips:
*Gossip yang beredar bahwa pendakian Merbabu via Selo adalah level pemula itu HOAX dan SESAT
- Jangan pernah jalan kaki membawa beban kerir menuju basecamp pendakian dari jalan raya Selo
- Lebih baik mendaki di akhir musim penghujan karena sabana nya masih hijau dan epic kalau buat foto, apalagi kalau pas cuaca cerah
- Jangan lupa membawa air yang cukup karena sepanjang jalur tidak terdapat mata air
- Hati-hati jika melewati jalur diatas pos 3 karena terjal, licin, apalagi jika mendaki malam hari
Sumber,
https://saktyaganes.wordpress.com
Call Center ExploreWisata.com,
085.643.455.685
D72E559E / 7A722B86
Instagram : instagram.com/xplore.wisata
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
#porter #guide #pemandu #transport lokal #rinjani 3.726 mdpl #semeru 3.676 mdpl #slamet 3.428 mdpl #lawu 3.265 mdpl #merbabu 3.145 mdpl #sindoro 3.150 mdpl #gunungprau 2.565 mdpl #gunungsikunir #porterrinjani #portersemeru #porterargopuro #portermerbabu #porterlawu #porterslamet #portersumbing #portersindoro #kaosadventure #kaosbacpacker #backpackerindonesia #opentripsemeru #opentripmerbabu #opentripkarimunjawa #opentriprinjani #cikuray #gede #parango #gunungsalak #bromo #karimunjawa #guapindul #raftingsungaielo #raftingelo #raftingprogo #tangkubanperahu
#derawan #belitung #pahawang #cartensz piramid, #trekkingcartensz #cartenz murah #sevensummit
Tags:
Gunung Merbabu