|| BATAS VEGETASI; AREA RAWAN PENDAKI TERSESAT ||
Porter Gunung Slamett
Porter Gunung Slamett
Porter Jalur Bambangan, Porter Dukuhliwung Porter Guci, Porter Baturaden
Guide Gunung Slamet, Batas Vegetasi Gunung Slamet [Zero Blank 75]
Jika Ragu, Bertanyalah, Mendakilah Ditemani Guide
Sehubungan dengan banyaknya pendaki yang meninggal di gunung saya ingin memaparkan sebuah idea yang mungkin bermanfaat bagi para pendaki. Kawasan batas vegetasi merupakan salah satu tempat yang paling berbahaya di gunung. Beberapa kawasan batas vegetasi yang berbahaya diantaranya adalah Gunung Semeru, terkenal dengan blank 75. Meskipun begitu sebenarnya batas vegetasi Gunung Slamet juga cukup berbahaya. Kali ini saya akan berbagi mengenai teknis agar selamat dari tersesat di kawasan batas vegetasi "GUNUNG SLAMET"
KAPAN?
Biasanya pendaki tersesat di kawasan batas vegetasi bukan pada waktu perjalanan naik, tetapi, justru pada waktu perjalanan turun.
MENGAPA?
1. Ketika hari beranjak siang, TURUN KABUT di kawasan batas vegetasi Gunung Slamet, biasanya sekitar jam sembilan (pagi) ke atas, oleh karena itu mendakilah sepagi mungkin. Tebalnya kabut akan membuat jarak pandang menjadi terbatas sehingga membuat pendaki rawan tersesat ketika perjalanan turun.
2. Batas vegetasi adalah perbatasan antara kawasan hutan dengan puncak (pasir, kerikil, bebatuan). Jalur yang digunakan untuk masuk kembali ke kawasan hutan ketika perjalanan turun sulit ditemukan ketika cuaca berkabut, sehingga banyak pendaki yang akhirnya masuk hutan tidak tepat pada jalurnya, jika diteruskan maka berpotensi masuk jurang atau tersesat di hutan yang sangat lebat, (mirip kronologi pendaki yang masuk Blank 75, Gn. Semeru).
3. Meskipun cuaca tidak sedang berkabut, menemukan pintu masuk ke kawasan hutan merupakan hal yang cukup sulit jika kita kurang teliti. Hal tersebut disebabkan karena jalur pendakian di kawasan tersebut bukanlah satu lajur, bahkan terdiri beberapa lajur, dimana setiap pendaki bisa memilih jalurnya sendiri asalkan mengarah ke puncak. Akibatnya di kawasan itu terdapat banyak jalur yang jika kita kurang teliti, maka akan membuat kita tersesat ketika perjalanan turun.
SOLUSI?
1. KITA bisa meninggalkan poncho, bendera, atau kain yang berwarna mencolok (kuning atau orange) di kawasan batas vegetasi, letakkan di pohon, di tempat yang kira kira terlihat dari atas. Carilah tanda itu saat kita turun dari puncak, jika cuaca tidak berkabut tanda tersebut kemungkinan besar bisa terlihat. Kita tinggal ikuti tanda tersebut. Jika kita mendaki dari jalur Bambangan, Pos 6 akan terlihat dari puncak jika cuaca cerah, bidik arahnya, dan ikuti sudutnya ketika perjalanan turun.
2. KITA bisa menggunakan tissue. Gunakan batu untuk menindih tissue dan tinggalkan dengan interval tertentu sepanjang jalur yang telah kita lewati. Ketika perjalanan turun ikuti tanda tersebut sambil membawa kembali (turun) tissuenya. Tidak perlu repot repot membawa batu dari bawah karena di kawasan tersebut banyak batu dengan ukuran beragam. Cara ini lebih efektif ketika cuaca sedang berkabut.
TERLANJUR TERSESAT ?
Jika kita terlanjur sampai di batas vegetasi dan tidak menemukan jalur pendakian untuk masuk ke kawasan hutan, berarti kita sedang tersesat.
1. Jangan masuk ke hutan tanpa melewati jalur pendakian. Di dalamnya banyak jurang yang siap menanti kedatangan kita. Di dalam hutan juga banyak duri tajam yang bisa membuat lecet / luka sekujur tubuh kita.
2. Jika kita bergerak melipir ke kiri atau ke kanan, kemungkinan besar kita akan menemukan lembah untuk diseberangi. Jika lembahnya dangkal maka mudah untuk kita seberangi, namun, jika lembahnya dalam sebaiknya jangan kita seberangi.
3. Solusi terbaik adalah dengan mendaki kembali ke arah puncak sambil melihat ke arah bawah. Cari jalur yang digunakan untuk masuk ke kawasan hutan sambil terus mendaki ke Puncak. Jika tidak kunjung ketemu, mendakilah terus hingga ke puncak. Dari puncak kita bisa mengulangi lagi perjalanan turun dengan menggunakan jalur yang benar. Mungkin butuh lebih banyak tenaga, akan tetapi, cara ini yang paling aman.
Kondisi jalur pendakian Gunung Slamet, Jalur Bambangan. Dukuhliwung, Guci, dan yang lain cenderung indentik. Kondisi ini juga bisa terjadi di Gunung lain dengan tipe yang sama seperti Gunung Semeru, dengan Blank 75-nya.
KETERANGAN GAMBAR :
Garis Kuning = Jalur pendakian (Bambangan Gn. Slamet)
Titik Kuning = Pintu masuk / keluar kawasan hutan
Titik Biru = Lembah / Jurang
Titik A, B, C, D = Lokasi potensi tersesat
Diteruskan kembali dari catatan Andriyana [KPG]
Sumber,
Call Center ExploreWisata.com,
085.643.455.685
D72E559E / 7A722B86
Instagram : instagram.com/xplore.wisata
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
#porter #guide #pemandu #transport lokal #rinjani 3.726 mdpl #semeru 3.676 mdpl #slamet 3.428 mdpl #lawu 3.265 mdpl #merbabu 3.145 mdpl #sindoro 3.150 mdpl #gunungprau 2.565 mdpl #gunungsikunir #porterrinjani #portersemeru #porterargopuro #portermerbabu #porterlawu #porterslamet #portersumbing #portersindoro #kaosadventure #kaosbacpacker #backpackerindonesia #opentripsemeru #opentripmerbabu #opentripkarimunjawa #opentriprinjani #cikuray #gede #parango #gunungsalak #bromo #karimunjawa #guapindul #raftingsungaielo #raftingelo #raftingprogo #tangkubanperahu
#derawan #belitung #pahawang
Tags:
Gunung Slamet