[Porter, Guide Suwanting] Merbabu via Suwanting, Jalur Dengan Sumber Air
Pendakian ke Merbabu via Suwanting
akhirnya menjadi pendakian penutup saya di tahun 2016. Saya
hampir menolak ajakan teman saya karena malas membayangkan ramainya
jalan ketika long weekend (kebetulan bersamaan dengan libur natal). Toh akhirnya saya ikut juga.
Gunung Merbabu (3142mdpl) yang
terletak di Jawa Tengah ini memang selalu menggoda. Apalagi gunung ini
terlihat jelas ketika saya mendaki Merapi
beberapa waktu yang lalu. Ini adalah kali ketiga saya ke Merbabu, dua
kali lewat jalur Selo, dan sekarang lewat jalur Suwanting. Jalur ini
sempat ditutup dan baru dibuka kembali untuk umum pada awal Januari 2015
yang lalu.
Transportasi ke pos pendakian Suwanting
Dari Surabaya kami menggunakan bus
jurusan Jogja dan turun di terminal Giwangan. Kami sampai sekitar pukul 8
pagi. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bus kecil jurusan
Magelang/Semarang dan turun di perempatan Blabak. Jika mendapatkan bus
Eka jurusan Magelang bisa langsung turun di perempatan Blabak.
Dari sini kami dijemput oleh mas Rehan,
orang Suwanting, untuk diantarkan ke basecamp Suwanting.
Setelah melakukan registrasi, kami singgah sejenak sambil repack barang bawaan dan makan. Biaya pendakian saat itu 17,5ribu karena hari libur, 15ribu jika hari biasa.
Jalur pendakian Merbabu via Suwanting
Mendaki Merbabu via Suwanting ini kami melewati 3 pos utama
dan beberapa pos bayangan sebelum sampai puncak, diantaranya 3 pos air.
Dan memang inilah nilai plus dari jalur Suwanting, sumber air berlimpah
yang berada di sepanjang perjalanan. Setidaknya kita tidak perlu
repot-repot membawa banyak air bersih dari bawah. Katanya, sumber air
ini sebagai kompensasi dari trek Suwanting yang cukup berat.
Dari basecamp ke pos 1 (Lembah
Lempong) diperlukan waktu sekitar 30 menit. Jika ingin menghemat waktu
perjalanan bisa naik ojek sampai batas hutan pinus dengan biaya 10ribu.
Ini bisa hemat sekitar 15 menit. Trek awal berupa jalan dusun melewati
beberapa rumah warga, kemudian masuk di jalan setapak dikelilingi
perkebunan warga sebelum akhirnya sampai di hutan pinus.
Dari pos 1 ke pos 2 (Shelter Bendera)
trek sudah mulai menanjak dan perlu waktu sekitar 1,5 jam untuk kami
sampai di pos 2. Terdapat pos air di Lembah Cemoro, letaknya di antara
pos 1 dan pos 2. Pos air berikutnya ada sedikit di atas pos 2.
Pos 2 ke pos 3 (Ndampo Awang) adalah yang
paling berat, setidaknya menurut saya, tantangannya di sini. Jaraknya
terasa lebih jauh dari pos-pos sebelumnya, dan trek terus menanjak
dengan elevasi rata-rata 45 derajat. Bonusnya, beberapa trek licin
karena bekas hujan. Lebih lama lagi karena kami saat itu berjalan di
malam hari dengan kondisi pos 2 ke pos 3 ini berupa hutan. Kami perlu
waktu 4 jam sampai akhirnya sampai di pos 3. Sebelum sampai di pos 3 ini
juga akan ada pos air terakhir yang biasanya digunakan para pendaki
untuk mengisi persediaan air selama menginap di atas.
Kami sampai di pos 3 sekitar jam setengah
10 malam. Di pos 3 ini ada area cukup luas untuk mendirikan tenda. Kami
memilih dataran yang agak turun ke bawah karena tanahnya yang rata dan
masih cukup sepi. Setelah tenda terpasang, kami lanjutkan memasak dan
makan sop ayam untuk memulihkan tenaga, dan tidur.
Summit Attack:
Pagi hari sekitar jam setengah 4 kami
bangun dan bersiap untuk melakukan summit. Dari pos 3, kami melewati 3
sabana sebelum sampai di puncak Suwanting. Kemudian berjalan sekitar 30
menit untuk menuju puncak Triangulasi dan puncak Kenteng Songo, puncak
tertinggi Merbabu, yang bersebelahan. Jalur menuju puncak sudah tidak
seekstrim jalur menuju pos 3. Lebih cepat juga karena kami tidak perlu
membawa beban yang banyak, hanya minuman dan makanan ringan.
Kami menikmati puncak cukup lama,
bergantian dari puncak Triangulasi ke Kenteng Songo, sambil foto-foto
tentunya. Dari atas pemandangan tersaji sangat indah. Di sisi selatan
terlihat Merapi yang gagah menjulang, bergeser ke barat terlihat dua gunung kembar Sindoro
dan Sumbing, dan di sisi timur samar-samar terlihat puncak gunung Lawu.
Selain beberapa gunung tinggi juga terlihat gunung-gunung lain di
sekitar Merbabu seperti gunung Ungaran dan Telomoyo. Melihat
kembali jalur pendakian di bawah kadang rasanya tidak percaya sudah
melewati punggungan-punggungan hijau itu sampai di puncak gunung. Ini
sudah kali ketiga, dan saya tidak bosan.
—–
Kami sampai di basecamp sekitar jam 2
siang, bersih-bersih sambil menunggu rombongan lain yang masih di
belakang. Setelah berkumpul kami makan dan melanjutkan perjalanan menuju
ke terminal Magelang. Jalur pendakian tanah yang licin ketika hujan dan
berdebu ketika kemarau ini berhasil membuat dengkul saya gemetaran saat
turun dari bus untuk istirahat makan. Oya, tapi kami bersyukur hujan
tidak turun selama kami melakukan pendakian. Hujan baru turun setelah
kami semua berada di basecamp.
Sumber,
https://muhiga.wordpress.com
Call Center ExploreWisata.com,
085.643.455.685
D72E559E / 7A722B86
Instagram : instagram.com/xplore.wisata
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
#porter #guide #pemandu #transport lokal #rinjani 3.726 mdpl #semeru 3.676 mdpl #slamet 3.428 mdpl #lawu 3.265 mdpl #merbabu 3.145 mdpl #sindoro 3.150 mdpl #gunungprau 2.565 mdpl #gunungsikunir #porterrinjani #portersemeru #porterargopuro #portermerbabu #porterlawu #porterslamet #portersumbing #portersindoro #kaosadventure #kaosbacpacker #backpackerindonesia #opentripsemeru #opentripmerbabu #opentripkarimunjawa #opentriprinjani #cikuray #gede #parango #gunungsalak #bromo #karimunjawa #guapindul #raftingsungaielo #raftingelo #raftingprogo #tangkubanperahu
#derawan #belitung #pahawang
Tags:
Gunung Merbabu