in
Gunung
Latimojong merupakan gunung tertinggi di Pulau Sulawesi dan merupakan
gunung kelima tertinggi di Indonesia. Gunung ini sebenarnya adalah
deretan dari beberapa gunung dan beberapa puncak yang membentang
dari Selatan ke Utara. Puncak tertinggi bernama Rante Mario yang berada
di ketinggian 3.478 Mdpl dan disusul oleh puncak Nenemori di ketinggian
3.397 Mdpl dan masih ada beberapa puncak lagi.
Lautan awan di puncak Rante Mario |
Gunung
Latimojong bukan merupakan gunung berapi dan berada cukup jauh dari
jantung kota Makassar, namun walau begitu gunung ini merupakan salah
satu gunung yang difavoritkan oleh para pendaki terlebih oleh mereka
yang memiliki target merampungkan The seven summits of Indonesia. Yup, gunung Latimojong merupakan satu dari tujuh gunung yang masuk dalam list seven summits of Indonesia.
*The Seven summits of Indonesia merupakan gunung dengan puncak-puncak tertinggi yang berada di 7 kepulauan utama Indonesia.
*The Seven summits of Indonesia merupakan gunung dengan puncak-puncak tertinggi yang berada di 7 kepulauan utama Indonesia.
***
Berawal
dari kegalauan karena gagal berkunjung ke Bukit Raya di pedalaman
Kalimantan sana, akhirnya saya dan beberapa teman yang juga gagal
menginjakkan kaki di bumi sakti alam Kerinci memutuskan untuk bergabung
dan belok ke bumi Massenrempulu, kabupaten Enrekang nun jauh di provinsi Sulawesi Selatan.
Peserta pendakian gunung Latimojong Sulawesi Selatan kali ini berjumlah tujuh orang, Enam diantaranya berangkat dari kota Jakarta dan salah seorang lagi berangkat dari Surabaya. Saya bersama Ridwan, Mba Tari, Siswantoro dan Guntur berangkat dari ibukota menggunakan maskapai yang sama, Singa merah yang saya selalu banggakan rekor Delay nya. Sementara Mba Erika menyusul menggunakan penerbangan burung biru tengah malamnya. Sementara TS kita kali ini berangkat dari kota Almond Cryspi, sebut saja namanya Rahel yang hampir seluruh isi blog saya tersemat namanya.
Sebagai informasi ini adalah pendakian kedua Rahel ke Latimojong, pada awalnya dia menolak untuk kembali namun karena alasan lain akhirnya dia bersedia kembali ke Rante Mario. Karena itulah, segala sesuatu mengenai pendakian ini kami percayakan padanya
***
Selasa, 03 May 2016
Sekitar pukul 04.00 Wita, tim kami sudah lengkap berkumpul tergeletak di bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Rahel alias Kikih Parel, yang merupakan TS di pendakian ini memberi komando untuk turun dan mencari taksi yang akan mengantarkan kami ke terminal daya. Rombongan kami menggunkan dua buah taksi yang masing-masing taksi dibandrol sebesar Rp. 100.000,-. Perjalanan dari bandara ke terminal daya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit. Sesampainya di terminal daya, kami diturunkan tepat dipinggir jalan tempat mobil panther tujuan desa Baraka ngetem.
Ongkos yang harus dikeluarkan dari terminal Daya menuju desa Baraka adalah Rp. 100.000,- per orang.
Perjalanan dari Makassar menuju Baraka merupakan perjalanan yang cukup panjang, butuh waktu sekitar 7-8 jam untuk sampai ke desa ini. Matahari yang begitu terik membuat keadaan di dalam mobil yang kami tumpangi semakin membosankan.
Perjalanan yang sedikit membosankan itu semakin membuat kesal saat panther yang kami tumpangi menurunkan kami di kabupaten Sidrap untuk berganti mobil lain karena sang supir sebenarnya tidak tahu akses menuju Baraka, Damn Shit!!!!!.
Pemandangan di perjalanan munuju Baraka |
Setelah berganti mobil, kami kembali menelusuri jalan berkelok naik dan turun. Untunglah pemandangan disekitar jalan yang kami lalui terlihat sangat indah dan menyegarkan, sehingga perjalanan yang terasa melelahkan dan bau jigong itu dapat kami lalui dengan gembira.
----
Sekitar pukul 11.23 siang, kami tiba di desa Baraka dan langsung menuju sekretariat KPA Lembayung yang terletak di belakang lsebuah SD, untuk istirahat menghilangkan penat dan melapor. Sekret ini sebenarnya adalah rumah yang ditinggali oleh pak Dadang beserta keluarga, namun rumah panggung ini juga dijadikan sebagai tempat berkumpulnya para pendaki yang akan naik atau yang telah turun dari gunung Latimojong. Pak Dadang adalah salah satu pendiri KPA.
Sekretarian KPA Lembayung Credit Picture : Guntur. S |
Prosedur yang dibutuhkan untuk mengunjungi gunung Latimojong selain melapor di KPA Lembayung juga harus melapor ke polsek Baraka, Namun pada saat itu rombongan kami tidak melapor karena terjadi sedikit miskomunikasi.
Setelah beristirahat seadanya, tim kami berkunjung ke pasar menuju warung coto makassar yang kata Rahel enak, namun menurut saya dan Ridwan itu adalah makanan dengan rasa aneh. Menurut Siswantoro dan Guntur, Coto Makassar disana rasanya juga sedikit aneh namun tetap saja, walau begitu mereka makan dengan lahap dan nambah berkali-kali.
***
Rabu, 4 May 2016
Setelah
istirahat semalaman dan membereskan peralatan yang akan kami bawa
beserta tetek bengeknya, kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan
ke dusun Karangan menggunakan Jeep yang sudah dipesan Rahel sebelumnya.
Pukul 08.05 WITA Jeep yang kami tumpangi melaju meninggalkan KPA.
Sebelum berangkat menuju Karangan, kami berhenti dahulu tidak jauh dari
warung untuk membeli nasi dan pastel. *Yang bersedia turun dari Jeep tentu saja seorang Rahel :P
Biaya
yang dibutuhkan untuk menyewa Jeep PP Baraka - Karangan - Baraka adalah
IDR. 1.800K. Biaya ini sebenarnya masih bisa ditekan dengan menumpang
truk pasar tujuan dusun Karangan (Jangan naik tujuan Rantelemo karena
harus berjalan sejauh 2 KM lagi ke dusun Karangan) yang terdapat di
pasar, namun hanya tersedia di hari Senin dan Kamis.
Bapak Supir yang mengantarkan kami menuju Dusun Karangan |
Menuju
desa Karangan, kami ditemani oleh seorang porter warga asli Baraka
bernama Acing. Fee untuk porter adalah Idr 250 per hari, Sebenarnya
menggunakan jasa porter dan guide tidak wajib.
Jalur menuju Dusun Karangan Credit Pict : Guntur. S |
Perjalanan
menuju Dusun Karangan dapat ditempuh sekitar 2,5 - 4 jam perjalanan
tergantung kondisi cuaca dengan jarak kurang lebih 27 KM. Beruntung,
pagi itu cuaca cukup cerah sehingga tidak ada drama sepanjang
perjalanan.
Sekitar
pukul 09.12 waktu setempat, kami tiba di Buntu Batu, Buntu Mondong
untuk beristirahat sejenak. Pemandangan di sini sangat elok, sehingga
beberapa dari kami termasuk saya apalagi Ridwan, lebih tertarik untuk
berfoto-foto daripada sarapan. *Alasan Ridwan "mumpung lagi disini"
begitu katanya.
View di Buntu Mondong Credit pict : Guntur. S |
Pada
pukul 10.38 WITA, rombongan kami tiba di dusun Karangan yang saat itu
panas dan berdebu. Rahel bersama Acing mengurus Simaksi ke pos yang
berada di lapangan, biaya simaksi per orang adalah Rp. 10.000,-. Menurut
Rahel, ketika dia pertama kali mengunjungi gunung kebanggaan masyarakat
Sulawesi ini November 2015 lalu, belum ada pembayaran simaksi.
Setelah
melapor ke rumah bapak kepala dusun Karangan dan beristirahat sebentar,
kami melanjutkan perjalanan menuju rumah warga yang ditunjukkan Acing
untuk makan siang.
Masyarakat dusun Karangan sangat ramah kepada para pengunjung. Saling sapa dan saling lempar senyum antara masyarakat dan pengunjung menjadi satu pemandangan yang bisa menyejukkan hati. Disini saya belajar, naik gunung bukan hanya tentang berjalan menanjak melalui berbagai aral, bukan hanya tentang pos dan puncak namun juga tentang bagaimana saya bisa menghargai kearifan lokal dan bagaimana saya bisa berbaur dengan mereka.
Masyarakat dusun Karangan sangat ramah kepada para pengunjung. Saling sapa dan saling lempar senyum antara masyarakat dan pengunjung menjadi satu pemandangan yang bisa menyejukkan hati. Disini saya belajar, naik gunung bukan hanya tentang berjalan menanjak melalui berbagai aral, bukan hanya tentang pos dan puncak namun juga tentang bagaimana saya bisa menghargai kearifan lokal dan bagaimana saya bisa berbaur dengan mereka.
---
Basecamp - Pos 1 (Buntu Kaciling)
Sekitar pukul 12.30 kami melanjutkan perjalanan, tujuan kami adalah pos 2 (dua) dan berencana istirahat semalam disana.
Pos
satu merupakan tanah datar yang sempit dan ditandai oleh plang di
sebuah pohon kayu. Pos ini berada di ketinggian 1774 Mdpl yang juga
sering pos Buntu Kaciling.
Trek
diawali oleh jalan landai dengan aliran sungai di sisi kiri, cuaca yang
saat itu panas seakan menggoda kami untuk langsung menceburkan diri ke
dalam sungai yang terlihat bagai oase di padang pasir.
Setelah
itu, kami memasuki perkebunan kopi warga dengan jalan yang mulai
menanjak dan memutar, Ditambah lagi saat itu hujan gerimis mulai turun.
Acing berjalan jauh dibelakang kami karena saat itu dia menerima
panggilan alam untuk setoran.
Perjalanan
menuju pos 1 (satu) cukup membingungkan, pasalnya terdapat beberapa
jalan bercabang. Saya, Ridwan dan Guntur sempat beristirahat cukup lama
menunggu yang lainnya di dekat gubuk warga, menunggu Acing atau Rahel
yang tahu jalan menuju pos satu. Setelah yang lainnya sampai dabn
beristirahat, kami bertiga kembali jalan menuju pos satu yang masih
membuat kami kebingungan.
Akhirnya,
setelah terus berjalan tepat pukul, 13.14 saya dan Guntur sampai di Pos
satu, kemudian disusul oleh Mba Erika kemudian Ridwan.
Perjalanan
dari Basecamp ke pos satu membutuhkan waktu sekitar 50 - 90 menit,
namun jarak tempuh ini juga bergantung pada cuaca dan kecepatan si
pejalan.
Pos 1 - Pos 2 (Gua Sarung Pakpak)
Setelah
menghabisi jalur ladang warga, sekitar 10 menit berjalan kita akan
mulai masuk ke dalam hutan. Jalur yang dilalui cukup berbahaya karena
terdapat jurang di salah satu sisinya, sehingga kita harus hati-hati
dalam melangkah.
Melewati
jembatan kayu sambil berpegangan pada seutas tali, melewati tebing batu
yang licin dibantu tali webbing yang tidak kita ketahui keamanannya
dengan jurang lebar menganga, membuat lutut lemas namun terasa begitu
menantang. Disini, kerjasama dalam team sangat dibutuhkan agar
perjalanan lancar.
Setelah
melewati jembatan ini, kita hanya perlu berjalan sedikit menanjak
kemudian full menurun karena pos dua berada di sebuah lembah. Menuju pos
dua, kita harus menyebrangi sungai yang sangat deras namun begitu indah
dan menyegarkan menggunakan batang pohon yang dipasang melintang
sebagai jembatan.
Aliran Sungai di pos dua |
Pos dua terletak di sebuah lembah disisi sungai yang cukup deras, berada di ketinggian 1898 Mdpl dan memiliki sebuah cerukan goa terbuka
yang biasanya digunakan sebagai tempat beristirahat dan camping oleh
para pendaki. Beruntung saat itu team kami yang pertama kali tiba di
goa, sehingga kami hanya perlu menggelar flysheet dan matras tanpa tenda
sebagai alas tidur.
Tidur dengan view dan Suara Sungai Deras |
Perjalanan
menuju pos dua membutuhkan waktu sekitar 45 - 60 menit, tergantung
cuaca. Jika musim penghujan perjalanan akan semakin lama karena trek
yang dilalui akan semakin licin dan berbahaya.
Tidur di bawah goa tanpa tenda sebenarnya cukup berbahaya,
terlebih bagi mereka yang sering berjalan saat tidur. Berdiri dan
berjalan sedikit saja kebagian depan, maka jurang dengan aliran sungai
yang deras siap menelan.
Beruntung,
Ridwan tidur disamping Rahel yang seringkali terbangun tanpa sadar dari
tidurnya. Ketika sedikit saja Rahel bergerak, Ridwan langsung sigap
memegang tangan atau menjepit kaki Rahel. Ahhhh, so sweet :)
***
Kamis, 5 May 2016
Setelah
selesai beres-beres dan sarapan seadanya, kami bersiap-siap menuju pos
selanjutnya. Tujuan kami adalah pos Lima (5) untuk makan siang dan pos
Tujuh (7) untuk camping hari kedua.
Kenapa kami memilih pos 5 dan 7?, alasannya karena di kedua pos ini terdapat sumber mata air.
Pos 2 - Pos 3 (Lantang Nase)
Pos tiga merupakan lahan datar dan cukup sempit yang dapat ditempuh dalam waktu 30 - 45 menit perjalanan.
Jalur
yang dilalui menuju pos tiga merupakan jalur yang terbilang paling
terjal, menurut saya ini merupakan trek paling terjal selama perjalanan
menuju puncak Rante Mario. Trek dengan kemiringan mencapai 80 derajat
ini cukup licin dan berbahaya, oleh karena itu harus sangat hati-hati
melangkah dan memilih pijakan. Selain itu jangan berharap ada bonus.
Sejenak,
saya teringat jalur gunung Cikuray via Bayongbong lutut ketemu kepala
dalam versi lebih sadis. arghhh, jarak 600 Meter yang begitu
melelahkah!!!!!.
Pos 3 - Pos 4 (Buntu Lebu)
Jalur
yang dilalui untuk menuju pos Empat terbilang cukup landai dan tidak
terjal. Namun kita tetap harus hati-hati dan pintar memilih jalur,
banyak pohon tumbang yang bisa ditemukan disini. Vegetasi yang bisa
ditemui di sepanjang jalur adalah berbagai macam jamur-jamuran, lumut
dan pohon yang saya tidak tahu jenisnya.
Salah satu jenis jamur di pos 3 menuju pos 4 |
Jalur Menuju pos 4 |
And
a sweet little things was happened di jalur ini, yang cukup saya simpan
sebagai rahasia, biar saya dia dan tuhan saja yang tahu. :D
*Mesem-mesem sambil flashback^-^
Pos
tiga menuju pos empat, membutuhkan waktu sekitar 45 - 60 menit saja. Di
pos empat ini kami bertemu dengan beberapa pendaki yang akan turun,
satu diantaranya adalah seorang pendaki senior, seorang wanita asal
Depok. Di usianya yang memasuki 65 tahun, dia masih kuat dan sangat
bersemangat.
Pos 4 - Pos 5 (Soloh Tama)
Perjalanan dari
pos empat menuju pos lima agak sedikit menoton, jalur yang dilalui
hampir sama persis dengan jalur yang dilewati menuju pos sebelumnya,
yaitu pos empat. Perjalanan dari pos empat - pos lima cukup jauh, membutuhkan waktu sekitar 90 - 120 menit.
Banyak
pendaki yang mencari buah Kalpataru di wilayah pegunungan Latimojong,
Berdasarkan informasi dari Acing Kalpataru bisa ditemukan di dalam hutan
diantara pos 3 hingga pos 5.
Beredar
banyak cerita seputar Kalpataru di kalangan pendaki maupun masyarakat
awam. Kalpataru dikenal sebagai pohon kahyangan yang diyakini sebagai
rumah para dewa. Berdasarkan informasi, pohon kalpataru bisa ditemukan
di jalur merah pegunungan Latimojong namun buahnya bisa ditemukan di
tengah hutan dan berada disekitar pos 3 hingga pos 5, jarak yang cukup
jauh.
Masih
mengenai Buah Kalpataru, buah ini sangat sulit ditemukan. Menurut
mitos, buah ini disebarkan oleh peri dan orang yang menemukan buah ini
disebut-sebut memiliki rezeki yang baik.
---
Pos
lima cukup luas dan bisa menampung banyak tenda, pos ini sering
dijadikan tempat camp oleh para pendaki. Selain karena luas dan teduh,
disini juga terdapat sumber mata air.
Di pos ini team kami beristirahat cukup lama. Guntur sudah lebih dulu sampai di pos ini dan mengemis minum pada pendaki lain.
Sesuai dengan rencana awal di pos ini kami akan makan siang, nasi sudah ditanak di pos 2 sehingga kami tidak perlu menanak nasi lagi. Menu kami siang itu adalah abon, rendang sapi u*a gembul level 2 yang ternyata cukup pedas, membuat kami sakit perut.
Pos 5 - Pos 6
Puas
beristirahat, bahkan Acing sempat tertidur (Acing adalah type tempel
molor, hampir sama dengan Mba Erika :P) kami kembali berjalan menelusuri
hutan. Perjalanan menuju pos 6 terasa begitu menyenangkan karena hutan
lumutnya yang unik, jalannya yang menanjak namun banyak bonusnya.
Hutan Lumut Credit Pict : Neva |
Trek menanjak dari pos 5 menuju pos 6 |
Setelah
berjalan sekitar 40 menit, kami tiba di pos 6. Pos Enam merupakan
sebuah dataran sempit yang cukup terbuka. Disini kami cukup lama
beristirahat dan bercengkrama bersama pendaki lain, yang sebelumnya kami
temui di pos 5.
Pos 6 - Pos 7 (Kolong Buntu)
Setelah
beristirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pos tujuh.
Perjalanan menuju pos tujuh terasa sangat mengasyikkan meskipun raga
lelah dibantai oleh tanjakan yang tidak ada habisnya. Hutan lumut yang
dilalui di sepanjang jalan mampu membuat rasa lelah tidak mendominasi.
Bukan hanya pohon saja yang diselimuti oleh lumut, namun tanah tempat
berpijak pun banyak yang diselimuti lumut.
Tanah yang ditumbuhi Lumut Credit Pict : Neva |
Vegetasi
yang dilalui selama menuju pos 7 adalah pohon-pohon yang dibalut oleh
lumut, uniknya lumut membalut tubuh inangnya ini dari bawah hingga
keatas. Berbeda dengan hutan lumut yang pernah saya temui di beberapa
gunung yang hanya membalut inangnya hingga bagian tengah saja.
Semakin
tinggi berjalan, Dataran semakin terbuka dan vegetasi berubah menjadi
pohon Cantigi dan trek didominasi sejenis batuan kapur. Dari sini
deretan pegunungan Latimojong yang malu-malu berhijab kabut mulai terlihat.
Setelah berjalan
sekitar 40 - 60 menit akhirnya kami tiba di pos tujuh. Pos tujuh
merupakan sebuah dataran yang tidak begitu luas dan cukup beresiko jika
badai menyerang. Karena raga yang lelah dan gerimis mulai turun, kami
sepakat mendirikan tenda disini. Tidak jauh dari plang pos tujuh, terdapat sebuah batu nisan.
***
Jumat, 6 May 2016
Pos 7 - Pos 8 (Lapangan) - Puncak Rante Mario
Camping Ground di Pos 7 Credit Pict : Guntur. S |
Alarm
berdering pukul 03.30 waktu setempat, kami bersiap-siap bangun kemudian
goler sana goler sini selama beberapa menit. Setelah nyawa terkumpul
70% kami bangun, berganti pakaian, mempersiapkan headlamp, minuman dan
makanan untuk dibawa ke puncak.
Pukul
04.19 Setelah sarapan seadanya, kami bertujuh keluar dari tenda dan
langsung dihajar udara pagi Latimojong yang dingin. Kami berdoa menurut
kepercayaan masing-masing, memakai headlamp kemudian berjalan menuju pos
delapan.
Trek awal yang kami lalui cukup mampu membuat mata yang masih ngantuk-ngantuk ayam, terbuka 100%. Trek yang kami lalui full menanjak dan terjal, dengan jalur yang cukup membuat bingung pada awalnya.
Setelah
Berjalan sekitar 15 - 20 menit kita akan bertemu dengan jalur bercabang
yang ditandai dengan menara telekomunikasi. Dari sini, kita dapat
menyaksikan sang mentari pagi yang merangkak naik untuk memberikan
cahaya bagi bumi yang gelap.
Plang di pertigaan menuju Puncak Nenemori |
Untuk menuju puncak tertinggi pegunungan Latimojong, Puncak Rante Mario kita harus memilih jalur ke kiri dan berjalan menurun. Jika kita mengambil jalur kanan dan melipir, jalur tersebut akan menuntun kita ke Puncak tertinggi kedua, Puncak Nenemori.
Sunrise |
Tidak
lama menikmati sang fajar yang pelan-pelan merangkak naik, kami kembali
melanjutkan perjalanan. Tidak jauh dari menara telekomunikasi, terdapat
tempat asik untuk menikmati matahari pagi yang dikelilingi oleh lautan
awan. Tim kami minus Guntur, betah berlama-lama di tempat ini.
Puas
mengambil beberapa foto, saya dan Mba Erika disusul Rahel bergegas
berjalan naik menuju puncak. Dari kejauhan terdengar suara hingar bingar
para pendaki yang telah berada di puncak Rante Mario.
Pemandangan dari Puncak Rante Mario Credit Pict : Guntur. S |
Pemandangan dari Puncak Rante Mario Credit Pict : Guntur. S |
Lelah
letih sepanjang perjalanan terbayar tuntas oleh hamparan pemandangan
yang disajikan oleh sang pemilik alam semesta, semua keluh kesah
digantikan dengan canda tawa dan senyum sumringah serta rasa bahagia
yang membuncah naik dari dalam dada.
Akhirnya, setelah
15 menit berjalan melalui trek yang cukup landai, pada pukul 05.39 saya
dan Mba Erika sampai di puncak tertinggi pegunungan Latimojong, Puncak
Rante Mario yang berdiri gagah di ketinggian 3.478 Mdpl menyusul Guntur
dan Rahel yang sudah terlebih dahulu sampai. Kami berdua disertai senyum
sumringah segera bersalam-salaman dan berpelukan saling mengucapkan
selamat.
Family Portrait Siswantoro - Neva- Erika - Tari - Ridwan - Rahel - Guntur |
Bersama pendaki Putera asli Sulawesi dan pendaki dari negeri Jiran Malaysia |
Kawasan
puncak ditandai dengan berdirinya sebuah tugu triangulasi setinggi 1,5
M. Dari puncak pemandangan dan lautan awan terlihat sangat menawan. Kami
cukup beruntung saat itu karena cuaca sangat cerah.
Abaikan saja modelnya |
Setelah
team lengkap dan puas mengabadikan euforia momen saat itu, kami kembali
turun menuju camp dan bersiap-siap untuk kembali ke Dusun Karangan.
***
Bagi
saya pribadi, pendakian gunung Latimojong ini memberikan banyak
pengalaman, pelajaran dan kenangan. Saya mendapat pengalaman dan
pelajaran baru mengenai "Mendaki dihari pertama datang bulan" (untuk
wanita). Perut yang kram jika terus dibawa berjalan rasa sakitnya akan
hilang, namun jika dibawa diam rasa sakitnya akan menjadi-jadi, Yang harus selalu dijaga adalah kebersihan, kebersihan dan kebersihan serta jangan lupa bawa turun "sampah" mu.
Saya
juga belajar, bahwa mendaki itu bukan hanya tentang kebanggan, siapa
paling cepat dan siapa paling lambat. Tetapi mendaki gunung adalah
bagaimana kita bisa berempati, bagaimana cara kita menghargai partner perjalanan, bagaimana
cara kita menghargai kearifan lokal, bagaimana kita bersikap kepada
sesama dan kepada alam, bagaimana kita bisa saling menjaga dan
menyemangati sebagai
sebuah team, bagaimana cara kita menikmati setiap detik hidup kita dan
bagaimana cara kita mensyukuri nikmat yang diberikan Allah pada kita.
Terima kasih teman-teman untuk perjalanan panjang kali ini, semoga dilain waktu kita masih bisa bersama-sama lagi mengunjungi ketinggian lainnya.
Salam satu cangkir :)
Rangkuman Perjalanan
Selasa, 2 May 2016
- Perjalanan dari Jakarta - Makassar
Rabu, 3 May 2016
- 04.00 - 04.15 Bandara - Terminal Daya (15 Menit)
- 04.30 - 11. 23 Tiba di Baraka ( 7 - 8 jam)
- Melengkapi Logistik + Perizinan +Istirahat
Kamis, 4 May 2016
- 08.05 Menuju dusun Karangan
- 09.12 Istirahat di Buntu Mondong
- 10.38 Tiba di dusun Karangan
- Istirahat dan Ishoma
- 12.30 - 13.14 tiba di pos 1
- 14.00 menuju pos 2 (kurang lebih satu jam perjalanan)
- Istirahat
Jum'at, 5 May 2016 (Catatan waktu saya hilang)
- Pos 2 - Pos 3 ( 45 - 60 Menit)
- Pos 3 - Pos 4 (45 - 60 Menit)
- Pos 4 - Pos 5 ( 90 - 120 Menit)
- Pos 5 - Pos 6 ( 40 - 60 Menit)
- Pos 6 - Pos 7 ( 40 - 60 Menit)
- Pos 7 - Pos 8 - Rante Mario ( 150 - 180 Menit)
- 07.10 Turun menuju camp (pos 7) kemudian rest
- 08.16 - 09.00 Packing + Masak + Sarapan
- 10.00 Memulai Perjalanan turun
- 10.00 - 10.55 Tiba di pos 5 istirahat
- 11.30 - 12.47 Tiba di pos 2
- 15. 25 tiba di Dusun Karangan
--------------------------------------------------------------
*Seluruh perincian harga update per Mei 2016.
*Jika ada kesalahan mohon koreksinya, karena saya menulis dalam ingatan yang sedikit demi sedikit mulai samar.
Sumber,
Call Center ExploreWisata.com,
085.643.455.685
D72E559E / 7A722B86
Instagram : instagram.com/xplore.wisata
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
#porter #guide #pemandu #transport lokal #rinjani 3.726 mdpl #semeru 3.676 mdpl #slamet 3.428 mdpl #lawu 3.265 mdpl #merbabu 3.145 mdpl #sindoro 3.150 mdpl #gunungprau 2.565 mdpl #gunungsikunir #porterrinjani #portersemeru #porterargopuro #portermerbabu #porterlawu #porterslamet #portersumbing #portersindoro #kaosadventure #kaosbacpacker #backpackerindonesia #opentripsemeru #opentripmerbabu #opentripkarimunjawa #opentriprinjani #cikuray #gede #parango #gunungsalak #bromo #karimunjawa #guapindul #raftingsungaielo #raftingelo #raftingprogo #tangkubanperahu
#derawan #belitung #pahawang
Tags:
Gunung Latimojong