Porter Slamet Via Guci, Prosesi agar Mata Air Tetap Lestari, Porter Slamet Jalur Baturaden
MI/Liliek Dharmawan
KABUT
dingin masih terlihat menyelimuti pepohonan di lereng Gunung Slamet
bagian timur, ketika lebih dari 700 warga Desa Serang, Kecamatan
Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), memulai prosesi
pengambilan air pada Kamis (21/9). Warga mengenakan baju adat Jawa baik
yang perempuan maupun laki-laki. Perempuan mengenakan kain warna hijau
serta merah, sedangkan laki-laki memakai pakaian serbahitam.
Mereka
berkumpul di depan masjid di Dusun Kaliurip. Setelah berdoa yang
dipimpin dua sesepuh desa Kiai Samsuri dan Kiai Mad Yusro, ratusan warga
memulai prosesi dengan berjalan kaki. Mereka berangkat sambil diiringi
selawat berlanggam Jawa dengan alat musik rebana.
Melewati
perkebunan sayur dan perbukitan, penduduk Desa Serang menuju ke mata air
Sikopyah yang berada di lereng Gunung Slamet. Jarak dari masjid desa ke
mata air Sikopyah sekitar 2,5 kilometer (km). Saat berjalan menuju ke
mata air Sikopyah, mereka diatur posisinya, laki-laki kemudian di
belakangnya perempuan. Begitu seterusnya. Sebagian perempuan membawa
sesaji, sapu lidi dan kendi, sedangkan laki-laki membawa tandu berisi
tumpeng dan lauk-pauk.
Membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk
sampai ke lokasi mata air Sikopyah karena perjalanannya menaiki
perbukitan. Sesampai di lokasi mata air, udaranya begitu sejuk. Lokasi
mata air kini telah dibuatkan semacam gubuk kecil. Di sekeliling mata
air pepohonan tua masih tetap tegak berdiri. Pepohonan tersebut
dikeramatkan warga dan tidak boleh ditebang.
Di lokasi mata air
Sikopyah itulah, sesepuh desa kembali memimpin doa untuk pengambilan
air. Begitu rampung, warga mengisi lodong atau bambu yang menjadi tempat
air sepanjang 2 meter. Satu per satu lodong tersebut diisi dengan air
dari mata air Sikopyah. Kalau pada saat berangkat, warga tidak membawa
apa-apa, tetapi saat turun dari perbukitan, mereka membawa lodong yang
telah terisi air.
Di sepanjang perjalanan, mereka lebih banyak
diam karena tengah mengikuti prosesi. Sesampai di jalan raya, laki-laki
dan perempuan berjajar membawa 777 lodong yang telah terisi air. Barisan
paling depan adalah mereka yang membawa tumpeng dan mengikuti di
belakangnya ratusan warga pembawa lodong. Akhir perjalanan prosesi
pengambilan air Sikopyah berada di Balai Desa Serang. Bambu-bambu yang
berisi air tersebut kemudian ‘disemayamkan’ di balai desa selama dua
malam. Pada Sabtu (23/9), air di dalam lodong dibagi-bagikan kepada
seluruh warga Desa Serang berbarengan dengan pergelaran budaya dalam
Festival Gunung Slamet 2017.
Sesepuh desa, Kiai Samsuri,
mengungkapkan tradisi pengambilan air di mata air Sikopyah sudah menjadi
tradisi warga. “Mata air Sikopyah telah menjadi bagian sangat penting
bagi warga khususnya di Desa Serang. Sebab, dari Sikopyah, air bersih
mengalir sampai ke desa. Ritual pengambilan air ini mengingatkan kepada
warga untuk tetap menjaga lingkungan khususnya mata air Sikopyah. Dengan
warga menjaga lingkungan, mata air Sikopyah bakal terjaga. Itulah
mengapa, meski saat sekarang memasuki musim kemarau, mata air Sikopyah
tetap mengalirkan air,” jelas Samsuri.
Ia mengungkapkan mata air
yang bernama Sikopyah itu ada sejarahnya. Nama Sikopyah berasal dari
kata kopyah dalam bahasa Jawa, artinya songkok atau kupluk. “Ada sesepuh
desa sini namanya Mbah Mustofa mengambil air wudu di mata air lereng
Gunung Slamet itu. Namun, ‘kopyah’-nya ketinggalan. Begitu kembali,
‘kopyah’ sudah tidak ada sehingga kemudian dinamakan Sikopyah. Sejak
saat itu juga, mata air dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari,” kata dia.
Festival Gunung Slamet
Ritual
menjaga agar mata air Sikopyah tetap lestari terus dilakukan hingga
sekarang. “Kalau dulu, warga yang melakukan ritual hanya sedikit. Namun,
sudah tiga tahun terakhir, ritual pengambilan air di mata air Sikopyah
diagendakan dalam Festival Gunung Slamet. Kami sangat senang karena
warga akan semakin sadar pentingnya kelestarian lingkungan, terutama
mata air Sikopyah yang merupakan sumber kehidupan warga,” ujar Samsuri.
Kepala
Desa Serang Sugito menambahkan, sebelum masuk agenda Festival Gunung
Slamet, tradisi pengambilan air Sikopyah telah ada sejak dulu.
Pengambilan air sebagai hal yang penting dalam rangka konservasi air dan
lingkungan. “Kenapa saat sekarang semakin dibesarkan acaranya, tidak
lain supaya generasi muda ikut ambil bagian dan sadar pentingnya
kelestarian lingkungan. Pesan dari prosesi ini adalah bagaimana warga
terutama anak muda mampu melanjutkan tradisi konservasi yang telah
terbangun nyata sejak lama,” katanya.
Sementara itu, Bupati
Purbalingga Tasdi mengungkapkan sejatinya prosesi pengambilan air
Sikopyah bukan sekadar ritual pengambilan air dan kemudian
membagi-bagikan kepada warga.
Ritual pengambilan air merupakan
penanaman kepedulian terhadap alam. Kepedulian terhadap lingkungan agar
tetap lestari tidak cukup hanya teori, tetapi harus diejawantahkan
dalam keseharian. “Ritual ini bagian dari penanaman nilai-nilai
kepedulian lingkungan, khususnya bagi anak-anak muda,” ungkap Bupati.
Bupati
berharap prosesi atau ritual pengambilan air di Sikopyah tak sekadar
menjadi rutinitas semata, tetapi juga bagian dari upaya penyadaran
secara terus-menerus kepada warga khususnya penduduk Desa Serang. Yang
paling utama adalah menjaga supaya Sikopyah sebagai mata air tetap
mengalir, bukan kemudian mengering, dan mengalirkan air mata. (M-2)
Sumber,
Call Center ExploreWisata.com,
085.643.455.685
D72E559E / 7A722B86
Instagram : instagram.com/xplore.wisata
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
#porter #guide #pemandu #transport lokal #rinjani 3.726 mdpl #semeru 3.676 mdpl #slamet 3.428 mdpl #lawu 3.265 mdpl #merbabu 3.145 mdpl #sindoro 3.150 mdpl #gunungprau 2.565 mdpl #gunungsikunir #porterrinjani #portersemeru #porterargopuro #portermerbabu #porterlawu #porterslamet #portersumbing #portersindoro #kaosadventure #kaosbacpacker #backpackerindonesia #opentripsemeru #opentripmerbabu #opentripkarimunjawa #opentriprinjani #cikuray #gede #parango #gunungsalak #bromo #karimunjawa #guapindul #raftingsungaielo #raftingelo #raftingprogo #tangkubanperahu
#derawan #belitung #pahawang
Tags:
Gunung Slamet