Ungaran: Dewa Wisnu
yang Sedang Tiwikrama
23 November 2011 02:57:39
Diperbarui: 25 Juni 2015 23:19:37 Dibaca :
1,443 Komentar : 2 Nilai : 0 Durasi Baca : 5 menit
Semarang yang Unik dan Estetik
Semarang, kota yang memiliki sejarah panjang dan unik. Topografi tanah
yang berbukit-bukit, jurang, lembah, dan aliran-aliran sungai-sungai
kecil. Alur perbukitan yang tidak merata dan membuat jalur lalu lintas
ada yang menurun tajam, mendatar, menikung, kemudian menanjak tajam.
Eksotik!
Semua tidak terjadi begitu saja. Ada riwayat atau kisah yang sangat
berhubungan dengan sejarah peradaban manusia dan alam jagat raya (bumi
dan seisinya).
Tahun 1970an, keluarga kami pindah ke daerah perbukitan bagian selatan
Semarang. Jika orangtua lengah, kami yang masih duduk di bangku kelas 2
SD, akan naik sampai ke puncak bukit yang memiliki batu yang sangat
besar. Meskipun sebenarnya sangat susah untuk mencapai puncak bukit yang
terjal dan berbatu-batu dn sepanjang perjalanan kami harus berjuang
untuk menghindari fosil-fosil binatang laut dan tunas ilalang yang
seringkali mencucuk telapak kaki yang telanjang. Semua rasa hilang
setelah kami mencapai batu besar yang kata penduduk kampung asli,
merupakan tempat yang angker (tapi hingga hari ini kami masih sehat dan
tak pernah ada masalah selama di puncak bukit).
Kami akan mengumpulkan kulit-kulit lokan atau kerang. Saat itu kami
sudah dapat berpikir mengapa di bukit banyak sisa kulit lokan atau
kerang yang identik dengan binatang laut. Pertanyaan-pertanyaan itu kami
bawa ke rumah, tetapi orangtua tidak bisa menjawab, wong mereka tidak
pernah naik ke puncak. Bahkan kami malah dilarang untuk tidak naik lagi.
Namun, fosil-fosil kulit lokan itu tetap menarik minat dan perhatian.
Bukit Gombel, selatan kota Semarang, merupakan kawasan perbukitan
tertinggi dari bukit-bukit lain yang berpencar di Semarang. Bukit
terdekat dengan pusat kota Semarang saat ini adalah Bukit Bergota yang
terkenal sebagai kompleks pemakaman umum terbesar. Di puncak bukit
Gombel, ketika saya duduk di bangku SMP sekitar tahun 1975-1977, juga
sering menemukan fosil berupa kulit lokan atau kerang. Kami baru
mendapat jawaban jelas ketika kelas 2 SMA. Saat itu kakak sudah kuliah
di jurusan Geografi. Suatu ketika kami menemukan salah satu buku tua
yang judul dan nama pengarangnya sampai hari ini tidak kami ketahui
(karena saat itu hanya iseng mau tahu apa isi buku tersebut).
Dalam buku tersebut disebutkan bahwa Semarang yang memiliki topografi
unik dengan berderet bukit, jurang, dan lembah, terbentuk oleh letusan
yang maha dahsyat dari Gunung Ungaran. Saat itu magma mengalir kea rah
utara (Semarang), arah timur (Karangjati), dan barat laut (Gunungpati,
Boja, Batang). Disebutkan pula Gunung Ungaran saat ini masih dalam masa
tidur yang sangat panjang.
Lalu bagaimana dengan fosil-fosil binatang laut di puncak-puncak bukit?
SEBUAH FRAGMEN DARI ZAMAN ES KE-2
Pada awalnya bumi tercipta sebagai satu kesatuan. Bumi di tengah-tengah
dikelilingi samudera. Deretan gunung-gunung berdiri tegak beraturan bak
pasak yang dipasang untuk memperkuat bumi agar tidak bergerak. Setelah
semua sempurna, mulai ada kehidupan di muka bumi. Inilah awal peradaban
makhluk hidup di muka bumi. Dunia (bumi) terdiri atas kuarng lebih 71%
lautan dan 29% daratan.
Berdasarkan penyelidikan-penyelidikan geologi, orang kemudian
membagi-bagi sejarah bumi atas beberapa zaman tertentu.
Banyak peristiwa yang menyebabkan perubahan bumi dengan zaman yang
berbeda-beda. Semua dapat diteliti dan dibuktikan secara ilmiah maupun
rohaniah (dalam kitab suci, segala peristiwa yang menima manusia dan
alam tertulis secara tersurat dan tersirat).
Peristiw pertama, terjadi banjir besar atau air bah yang menutupi
seluruh bumi, termasuk gunung-gunung tertinggi. Peristiwa ini disebut
Gerak Orogenetik, yaitu suatu tenaga yang penting mengenai
perubahan-perubahan besar pada bentuk bumi yang berlangsung lebih cepat
(dalam arti relative). Gerakan ini disebut juga gerakan pembentuk
pegunungan. Pada masa purba inilah geosynclinals digenangi air laut.
Indonesia (Nusantara) pada awalnya tidak ada. Akan tetapi, setelah
berakhirnya zaman es yang mengubah dan memisahkan bumi menjadi beberapa
daratan, tidak berhenti sampai di situ. Inti bumi terus begerak dengan
kekuatan yang maha besar. Gerak yang vertical selalu menimbulkan
retakan. Gerak yang tangential menyebabkan bumi tercerai-berai.
Kontinen Asia dan Australia terus bergerak dan semakin berdekatan. Oleh
karena itu, wilayah yang sekarang disebut Indonesia seakan-akan
terdesak. Desakan dua kontinen itu yang kita sebut gempa bumi tektonik.
Akibatnya di negeri Indonesia tebentuk pegunungan-pegunungan dan
gunung-gunung yang tinggi. Selain kekuatan pergerakan landas kontinen,
gempa bumi vulkanik dan tektonik juga menimbulkan perubahan pada bentuk
lapisan-lapisan kulit bumi.
Indonesia yang berada dalam rangkaian Mediterania, gunung-gunung dan
pegunungan terbentuk mulai dari Aceh hingga Sulawesi. Jika kita
perhatikan, letak pegunungan dan gunung-gunung sekarang berada di bagian
tengah pulau. Hal lain menunjukkan bahwa pegunungan dan gunung-gunung
di Indonesia terbentuk akibat desakan kontinen Asia dan Australia. Salah
satunya adalah Gunung Ungaran yang sedang dibahas ini.
Ungaran, salah satu gunung purba, yang akibat pengaruh tenaga endogen
yang sangat kuat, akhirnya memuntahkan magma yang sangat dahsyat. Bisa
dibayangkan bagaimana kedahsyatan letusan Gunung Ungaran yang lelehan
materialnya mencapai puluhan kilometer dan membentuk bukit-bukit panjang
yang sekarang bernama Semarang (utara), Kaliwungu-Kendal (barat), dan
Purwodadi (timur). Bahan-bahan vulkanis yang dimuntahkan Ungaran adalah
bom: batu-batu besar, lapili: batu-batu kecil, batu apung, dan abu
vulkanis. Semua ini bisa kita lihat misalnya di bukit Gombel atau
kompleks MAKODAM IV Diponegoro, pada dinding-dinding bukit yang terbuka
terdapat batu-batu berukuran raksasa.
Setelah Ungaran meletus hebat, maka geosynclinals makin lama dipenuhi
oleh sedimen-sedimen yang mengakibatkan beberapa daerah turun sampai
beberapa lama. Bersamaan dengan berakhirnya zaman es, maka terjadilah
regresi, yaitu penurunan permukaan air laut. Hal ini dikarenakan regresi
yang biasanya terjadi bersamaan dengan peristiwa-peristiwa vulkanik
yang dahsyat.
Ungaran, selama ini dilupakan. Padahal, Ungaran sebagai salah satu
gunung purba pernah menciptakan satu sejarah panjang peradaban manusia
dengan segala sifat kemanusiannya dan kehidupan alam seisinya. Ungaran
ibarat sang mahaguru yang tengah bertapa sangat lama. Darinyalah
tersimpan rahasia-rahasia alam masa lalu dan masa yang akan datang.
Ungaran kini tengah bertapa atau tidur. Sewaktu-waktu Ungaran bisa
terbangun lagi – entah kapan. Yang jelas, rasa penasaran dan pertanyaan
masa kecil yang belum terjawab sudah memperoleh jawaban. Cerita tentang
bukit-bukit yang jauh dari laut banyak terdapat fosil kulit lokan atau
kerang.
UNGARAN DALAM MASA KEKINIAN
Riwayat dan peristiwa kehadiran Gunung Ungaran tidak banyak
diperbincangkan. Memang, itu kisah zaman purba, sekian ribu tahun yang
lalu. Alam selalu member dan selalu ramah kepada manusia. Maka manusia
sudah seharusnya menjaga dan ramah terhadap alam, sesuai dengan amanah
yang diembannya. Namun, kebanyakan manusia justru berlaku sombong, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sekitar.
Ungaran sekarang tengah dieksploitasi habis-habisan. Mulai dari kaki
gunung hingga hamper ke puncak. Dari sisi timur, selatan, barat maupun
utara. Bukan hanya untuk lahan pertanian. Parahnya, hampir semua sumber
mata air sudah dikuasai individu untuk dibisniskan. Perumahan, vila,
hotel, tempat hiburan, panti pijat, tambah menjamur. Memang ada dampak
positifnya, tetapi hanya sedikit, yaitu penyerapan tenaga kerja.
Sedangkan dampak negatifnya jauh lebih besar, baik itu kerusakan alam
gunung maupun kerusakan moral. Padahal setiap aktivitas selalu ada
konsekuensinya. Kita tak pernah tahu, mengapa Ungaran di zaman purba
meletus sangat dahsyat.
Hukum alam, mengacu pada sebab akibat. Jika kita mau belajar dan membuka
mata hati; terlepas dari segala teori keilmuan, kita dapat mengamati
dan merenungkan tentang awal mula sejarah peradaban manusia dan alam.
Setiap kejadian atau peristiwa-peristiwa bencana alam yang super
dahsyat, yang menghancurkan peradaban manusia, selalu diawali oleh
sebab-sebab perbuatan manusia sendiri yang tidak menjaga dan ramah
terhadap alam sekitar. Misalnya:
Hancurnya peradaban kaum Ad, yang membangun rumah dengan memahat
gunung batu,
Hancurnya kaum Tsamud,
Hancurnya kaum Nuh, sehingga bumi ditenggelamkan sekian tahun,
Hancurnya kaum Luth, bumi dijungkirbalikkan dan tercipta Laut Mati,
Hancurnya kaum Fir’aun,
Hancurnya kaum Nimradz,
Hancurnya kaum Nebuchadnezar, kerajaan Mesopotamia dan Babylonia
hanya tinggal nama.
Pada zaman baru, awal-awal abad Masehi, kita telah mengetahui bagaimana
dahsyatnya Vesuvius mengubur Pompeii. Untuk wilayah Indonesia, banyak
sekali contohnya. Krakatau, Singgalang, Kelud, Bromo, Merapi, dan
Galunggung, hanyalah sekian dari banyak contoh tersebut.
Peristiwa yang masih hangat adalah meletusnya Gunung Merapi setahun yang
lalu. Kita kaji dulu sebab musabab dari kaian manusia yang memegang
amanah. Bagaimanakah umat manusia memperlakukan Merapi? Jujur saja,
Merapi telah dipenuhi oleh luka yang kronis. Banyak vila, hotel, dan
tempat-tempat hiburan yang hidup siang dan malam. Semakin hari semakin
sumpek dengan segala kegiatan hiruk pikuk yang mengejar kenikmatan
duniawi.
Merapi tidak dijaga lagi alamnya, malah dirusak dari segala sisi.
Peringatan-peringatan awal sudah tidah dihiraukan. Ya, begitulah
akibatnya. Terkadang kita tidak memerlukan teori-teori ilmiah yang
muluk-muluk karena ternyata kebanyakan teori keilmuan tidak dapat
emmbaca tanda-tanda alam yang sesungguhnya. Maka, menilik Gunung Ungaran
dengan situasi dan kondisi seperti saat ini, marilah kita belajar dari
kearifan local, belajar membaca tanda.
Akankah Gunung Ungaran yang sedang bertapa, istirahat, dan tidur ini
akan bangkit untuk melanjutkan tugasnya? Hanya manusia yang yakin,
percaya, berilmu, berakal, dan mau berpikir bisa mencari jawabannya.
Niscaya!
Sumber: M.S.L. Toruan (1953)
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com
085.643.455.685
D72E559E / 7A722B86
Instagram : instagram.com/xplore.wisata
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
Tags:
Gunung Ungaran