GUNUNG MERBABU 3.142 MDPL
Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato (lihat Gunung Berapi) yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan, Kabupaten Semarang di lereng sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah.
Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu" (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda.
Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570
pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian
lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter
di atas permukaan air laut.
Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Jalur Pendakian
Gunung
Merbabu cukup populer sebagai ajang kegiatan pendakian. Medannya tidak
terlalu berat namun potensi bahaya yang harus diperhatikan pendaki
adalah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat namun homogen (hutan
tumbuhan runjung, yang tidak cukup mendukung sarana bertahan hidup atau survival), serta ketiadaan sumber air. Penghormatan terhadap tradisi warga setempat juga perlu menjadi pertimbangan.
Jalur Pendakian Kopeng Thekelan
Dari Jakarta bisa naik kereta api atau bus ke Semarang, Yogyakarta, atau Solo. Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di kota Salatiga, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari Yogyakarta naik bus ke Magelang,
dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari kopeng terdapat banyak
jalur menuju ke Puncak, namun lebih baik melewati desa tekelan karena
terdapat Pos yang dapat memberikan informasi maupun berbagai bantuan
yang diperlukan. Pos Tekelan dapat ditempuh melalui bumi perkemahan
Umbul Songo.
Di bumi perkemahan Umbul Songo Anda dapat beristirahat menunggu malam
tiba, karena pendakian akan lebih baik dilakukan malam hari tiba
dipuncak menjelang matahari terbit. Andapun dapat beristirahat di Pos
Thekelan yang menyediakan tempat untuk tidur, terutama bila tidak
membawa tenda. Dapat juga berkemah di Pos Pending karena di tiga tempat
ini kita bisa memperoleh air bersih.
Masyarakat di sekitar Merbabu mayoritas beragama Budha[butuh rujukan] sehingga akan kita temui beberapa Vihara
di sekitar Kopeng. Penduduk sering melakukan meditasi atau bertapa dan
banyak tempat-tempat menuju puncak yang dikeramatkan. Pantangan bagi
pendaki untuk tidak buang air di Watu Gubug dan sekitar Kawah. Juga
pendaki tidak diperkenankan mengenakan pakaian warna merah dan hijau.
Pada tahun baru jawa 1 suro penduduk melakukan upacara tradisional di kawah Gunung Merbabu. Pada bulan Sapar, penduduk Selo
(lereng Selatan Merbabu) mengadakan upacara tradisional. Anak-anak
wanita di desa tekelan dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri
dan agar memperoleh keselamatan. Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada
di tengah perkampungan penduduk, dimulai dengan melewati kebun penduduk
dan hutan pinus. Dari sini kita dapat menyaksikan pemandangan yang
sangat indah ke arah
Gunung Telomoyo dan Rawa Pening.
Di Pos Pending pendaki dapat menemukan mata air, juga kita akan
menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I pendaki akan
melewati Pereng Putih dan harus berhati-hati karena jalanan yang sangat
terjal. Kemudian pendaki melewati sungai kering, dari sini pemandangan
sangat indah ke bawah melihat kota
Salatiga terutama pada malam hari.
Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju
Pos III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Pendaki
mendaki gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa,
apalagi berada di tempat terbuka. Pendaki dapat berlindung di Watu
Gubug, sebuah batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Konon
merupakan pintu gerbang menuju kerajaan makhluk ghaib.
Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena sangat
berbahaya. Mendekati pos empat pendaki mendaki Gn. Watu tulis jalur agak
curam dan banyak pasir maupun kerikil kecil sehingga licin, angin
kencang membawa debu dan pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada
angin kencang. Pos IV yang berada di puncak Gn. Watu Tulis dengan
ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di
puncaknya terdapat sebuah Pemancar Radio.
Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang
indah. Pendaki dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan di sini
terdapat mata air, bedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal
serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan
Setan. Kemudian pendaki akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju
Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng
Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo, pendaki dapat memandang Gunung Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, tampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang kelihatan sangat jelas dan indah. Lebih dekat lagi tampak Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gunung Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat berbahaya, selain
sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan jurang
bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang siap mendorong pendaki
setiap saat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang
dengan jumlah 9 menurut penglihatan paranormal.
Menuruni gunung Merbabu lewat jalur menuju Selo
menjadi pilihan yang menarik. Pendaki akan melewati padang rumput dan
hutan edelweis, juga bukit-bukit berbunga yang sangat indah. Di
sepanjang jalan pendaki dapat menyaksikan
Gunung Merapi yang kelihatan sangat dekat dengan puncak yang selalu mengeluarkan Asap.
Pendaki akan menuruni dan mendaki beberapa gunung kecil yang dilapisi
rumput hijau tanpa pepohonan untuk berlindung dari hempasan angin.
Disepanjang jalur tidak terdapat mata air dan pos peristirahatan. Kabut
dan badai sering muncul dengan tiba-tiba, sehingga sangat berbahaya
untuk mendirikan tenda.
Jalur menuju Selo ini sangat banyak dan tidak ada rambu penunjuk
jalan, sehingga sangat membingungkan pendaki. Banyak jalur yang sering
dilalui penduduk untuk mencari rumput dipuncak gunung, sehingga pendaki
akan sampai diperkampungan penduduk.
Dari Selo dapat dilanjutkan dengan bus kecil jurusan Boyolali-Magelang, bila ingin ke yogya ambil jurusan Magelang, dan bila hendak ke Semarang atau Solo ambil jurusan Boyolali.
Jalur Pendakian Wekas
Tim
Skrekanek yang berjumlah lima orang (Steve, Sigit, Bowo, Hari, Bayu)
pertengahan Maret 2005 melakukan pendakian Gunung Merbabu melalui Jalur
Wekas. Untuk menuju ke Desa Wekas kita harus naik mobil Jurusan Kopeng -
Magelang turun di Kaponan, yakni sekitar 9 Km dari Kopeng, tepatnya di
depan gapura Desa Wekas. Dari Kaponan pendaki berjalan kaki melewati
jalanan berbatu sejauh sekitar 3 Km menuju pos Pendakian.
Jalur ini sangat populer dikalangan para Remaja dan Pecinta Alam kota Magelang,
karena lebih dekat dan banyak terdapat sumber air, sehingga banyak
remaja yang suka berkemah di Pos II terutama pada hari libur. Wekas
merupakan desa terakhir menuju puncak yang memakan waktu kira-kira 6-7
jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat
lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan
bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui ladang
penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan
Tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan
sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2
jam.
Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat
peristirahatan. Di sekitar area ini masih banyak terdapat warung dan
rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan masih melewati ladang
penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2
jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.
Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa
didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu dan
hari libur Pos II ini banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah.
Sehingga pada hari-hari tersebut banyak penduduk yang berdagang makanan.
Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa
besar yang ditampung pada sebuah bak.
Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang
dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di
sekitarnya. Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang
yang mengarah ke aliran sungai di bawah kawah. Terdapat dua buah aliran
sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang
bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar
biasa dengan latar belakang kumpulan puncak - puncak Gunung Merbabu.
Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan
jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari
persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15
menit. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat
terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan
Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri
menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak
Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Jalur Pendakian Kopeng Cunthel
Tim
Skrekanek yang berjumlah lima orang (Maulana, Steve, Iwi, Ardy, Sigit)
pertengahan September 2004 melakukan pendakian Gunung Merbabu berangkat
melalui jalur Kopeng - Cunthel, dan turun mengambil jalur Kopeng
Thekelan.
Untuk menuju ke desa Cuntel dapat ditempuh dari kota Salatiga
menggunakan mini bus jurusan Salatiga Magelang turun di areal wisata
Kopeng, tepatnya di Bumi perkemahan Umbul Songo. Perjalanan dimulai
dengan berjalan kaki menyusuri Jalan setapak berbatu yang agak lebar
sejauh 2,5 km, di sebelah kiri adalah Bumi Perkemahan Umbul Songo.
Setelah melewati Umbul Songo berbelok ke arah kiri, di sebelah kiri
adalah hutan pinus setelah berjalan kira-kira 500 meter di sebelah kiri
ada jalan setapak ke arah hutan pinus, jalur ini menuju ke desa
Thekelan.
Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus mengikuti jalan berbatu
hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di
jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berada di tengah
perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air.
Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa
stiker maupun kaos.
Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan
melintasi perkebunan penduduk. Jalur sudah mulai menanjak mendaki
perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapak berupa tanah
kering yang berdebu terutama di musim kemarau, sehingga mengganggu mata
dan pernapasan. Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker
pelindung dan kacamata.
Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit yang
berliku-liku pendaki akan sampai di pos Bayangan I. Di tempat ini
pendaki dapat berteduh dari sengatan matahari maupun air hujan. Dengan
melintasi jalur yang masih serupa yakni menyusuri jalan berdebu yang
diselingi dengan pohon-pohon pinus, sekitar 30 menit akan sampai di Pos
Bayangan II. Di pos ini juga terdapat banguanan beratap untuk
beristirahat.
Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan
jalur banyak ditumbuhi alang-alang. Sementara itu beberapa pohon pinus
masih tumbuh dalam jarak yang berjauhan.
Pos Pemancar atau sering juga di sebut gunung Watu Tulis berada di
ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya terdapat stasiun pemancar relay. Di
Pos ini banyak terdapat batu-batu besar sehingga dapat digunakan untuk
berlindung dari angin kencang. Namun angin kencang kadang datang dari
bawah membawa debu-debu yang beterbangan. Pendakian di siang hari akan
terasa sangat panas. Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah sangat
indah, tampak di kejauhan
Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, tampak Gunung Ungaran di belakang Gunung Telomoyo.
Jalur selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad, suasana dan
pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar biasa. Di
sebelah kanan terbentang
Gunung Kukusan
yang di puncaknya berwarna putih seperti muntahan belerang yang telah
mengering. Di depan mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di
sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata air, pendaki harus
dapat membedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal
serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan
Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak
Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (
Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gunung Merapi
dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, tampak dekat
sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sindoro yang kelihatan
sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat
lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur
tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Jalur Pendakian Selo
Jalur pendakian Merbabu Via Selo saat ini menjadi jalur yang relatif lebih ramai dari jalur yang lainnya [1].
Pemandangan yang indah dengan sabana yang menghampar membuat perjalanan
menjadi lebih menyenangkan. Ditambah lagi dari jalur ini tetangga dekat
gunung merbabu yaitu Merapi bisa terlihat dengan jelas.
Akses ke lokasi adalah yogyakarta atau Solo, jika dari Solo naik bus jurusan Semarang turun di kota Boyolali. Apabila dari kota Yogyakarta harus naik bus jurusan Solo turun di Kartasura, kemudian ganti bus jurusan Solo Semarang turun di kota Boyolali. Untuk menuju ke Selo dari kota Boyolali
menggunakan bus kecil jurusan Selo. Bus yang langsung ke Selo agak
jarang biasanya hanya sampai Pasar Cepogo, dan dari pasar Cepogo ganti
lagi bus kecil yang menuju
Selo. Dari kota Boyolali
bus kecil yang menuju Selo ini tidak parkir di terminal Boyolali.
Pendaki harus sedikit berjalan kaki ke Pasar Sapi di mana bus kecil
jurusan Cepogo/Selo berhenti mencari penumpang.
Awal pendakian, pendaki akan disambut gapura selamat datang dari Taman Nasional Gunung Merbabu.
Memasuki pintu hutan suasana jalanan kiri kanan dipenuhi pohon pinus
dan lamtoro, di siang haripun akan terasa sejuk. Jalanan masih cukup
landai hingga 15 menit perjalanan. Setelah berjalan 1-1,5 jam sampailah
di pos 1 (Dok Malang). Pos ini masih berada di rimbunnya pepohonan.
Selepas pos 1, trek belum lah terasa cukup curam, ada satu tanjakan
yang lumayan terjal dan di puncaknya adalah pos bayangan. Baru setelah
berjalan 20 menit dari pos bayangan pendaki akan sampai di pos 2
(pandean) jarak dari pos 1-2 ini bisa dibilang panjang.
Selanjutnya, jarak antara pos 2 dan 3 tidaklah jauh. Sekitar 45 menit
berjalan, pendaki akan sampai di pos 3 (Watu Tulis) pemandangan di Sini
cukup indah dengan merapi yang cukup jelas jika tidak berkabut.
Ditambah lagi dengan rimbunnya pohon-pohon edelweis. Sebaiknya istirahat
sedikit lama di pos 3 ini.
Menuju pos 4 (Sabana 1) pendaki akan dihadapkan dengan trek yang
cukup membuat nafas tersendat. Trek yang terjal dengan tanah yang mudah
membuat tergelincir. Pilih jalan sedikit ke kiri untuk karena di sebelah
kiri bisa mendapat pegangan.
Sabana 1 ini merupakan salah satu tempat menarik untuk berkemah,
tempatnya yang datar dan pemandangannya yang indah mungkin menjadi
alasan para pendaki memilih untuk mendirikan tenda mereka di sini. Namun
angin di tempat ini cukup kencang, terlebih lagi sangat rawan badai.
Dari sabana 1 untuk menuju sabana 2 (pos 5) tidaklah diperlukan waktu
yang lama. Sekitar 40 menit saja. Trek berupa tanjakan yang sedikit
terjal meski tidak seterjal antara pos 3-pos 4 namun angin cukup kencang
bila malam di tempat ini. setelah sampai puncak bukit kita akan
berjalan menurun dan sampailah di pos 5 (sabana 2). Meskipun terpaan
angin masih terasa besar tetapi menurut saya inilah tempat mendirikan
tenda yang pas.
Jika menginginkan menikmati sunrise di puncak, sebaiknya mulai bangun
jam 3 pagi untuk menyiapkan sarapan dan melakukan summit attack. Waktu
tempuh ke puncak sekitar 1 – 1,5 jam. Kalau malas bangun pagi, sunrise
bisa dinikmati di bukit sebelah timur sabana. Keuntungan jalur ini
adalah, sunrise bisa dinikmati di sepanjang jalur pendakian.
Catatan: untuk para pendaki yang naik dari jalur Selo, kebutuhan air minum harus dibawa dari bawah/basecamp karena sepanjang perjalanan ke puncak tidak sumber air.
Jalur Pendakian Suwanting
Jalur
Suwanting adalah jalur yang pernah dibuka pada tahun 1990 dan 1998,
namun setelah tahun 1998 jalur ini ditutup untuk pendakian dan baru awal
tahun 2015 lalu jalur ini kembali dibuka.
[2]
Jalur pendakian ini terletak di Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang yang jaraknya sekitar 5 km dari Gardu pandang Ketep Pass. Jika berangkat dari Kota Yogyakarta memerlukan dua jam perjalanan menggunakan kendaraan roda dua.
Jalur Pendakian Gunung Merbabu via Suwanting ini terkenal indah dan
memiliki pemandangan sabana yang menarik perhatian pendaki gunung. Jalur
ini memiliki tiga Pos (Pos Lembah Lempong, Pos Selter Bendera, dan Pos
Ndampo Awang). Pendaki dapat mendirikan tenda di pos 2 dan pos 3 karena
lokasinya cukup luas dan pemandangannya sungguh indah dengan latar
belakang
Gunung Merapi.
Di Jalur ini pendaki tidak perlu khawatir kekurangan air, karena di
sepanjang jalur pendakian memiliki tiga pos air yang bisa di gunakan
untuk konsumsi, Pos air terletak di bawah Lembah cemoro, Lembah manding
dan terakhir di bawah pos 3.
Setelah dari pos 3, pendaki akan melewati sabana yang menyejukkan. Jika berkunjung pada musim penghujan atau kisaran bulan Mei - Agustus, pendaki akan menemui padang rumput berwarna hijau.
Referensi
- ^ http://www.bukanpepatah.com/2014/05/jalur-pendakian-merbabu-via-selo.html
- ^ http://merekamjejak1.blogspot.co.id/2016/03/pendakian-gunung-merbabu-via-suwanting.html