Gunung Lawu 3.265 MDPL
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gunung Lawu | |
---|---|
Ketinggian | 3,265 m (10,712 ft)[1] |
Puncak | 3,118 m (10,230 ft)[2] Posisi ke-76 gunung tertinggi di dunia |
Lokasi | |
Gunung Lawu
Lokasi di pulau Jawa
|
|
Letak | Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi Jawa Timur, Indonesia |
Koordinat | 07°37′30″LU 111°11′30″BTKoordinat: 07°37′30″LU 111°11′30″BT[1] |
Geologi | |
Jenis | Stratovolcano |
Letusan terakhir | 28 November 1885 |
Pendakian | |
Rute termudah | melalui jalan Tawang Mangu - Solo dan Jalan Madiun - Magetan |
Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" (diperkirakan terahkir meletus pada tanggal 28 November 1885[3][4])
dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta
puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih
mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu
mempunyai kawasan
hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Gunung Lawu adalah sumber inspirasi dari nama kereta api Argo Lawu, kereta api eksekutif yang melayani Solo Balapan-Gambir.
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling
dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai
tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan.
Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa
akhir Majapahit:
Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Suharto.
Daftar isi
- 1 Pendakian
- 2 Misteri gunung Lawu
- 3 Legenda gunung Lawu
- 4 Obyek wisata
- 5 Insiden
- 6 Galeri
- 7 Lihat pula
- 8 Referensi
- 9 Pranala luar
Pendakian
Gunung Lawu sangat populer untuk kegiatan pendakian. Setiap malam 1 Sura
banyak orang berziarah dengan mendaki hingga ke puncak. Karena
populernya, di puncak gunung bahkan dapat dijumpai pedagang makanan.
Pendakian standar dapat dimulai dari dua tempat (basecamp): Cemorokandang di Tawangmangu, Jawa Tengah, serta Cemorosewu, di Sarangan, Jawa Timur. Gerbang masuk keduanya terpisah hanya 200 m.
Pendakian dari Cemorosewu melalui dua sumber mata air: Sendang
(kolam) Panguripan terletak antara Cemorosewu dan Pos 1 dan Sendang
Drajat di antara Pos 4 dan Pos 5.
Pendakian melalui Cemorokandang akan melewati 5 selter dengan jalur yang relatif telah tertata dengan baik.
Pendakian melalui cemorosewu akan melewati 5 pos. Jalur melalui
Cemorosewu lebih nge-track. Akan tetapi jika kita lewat jalur ini kita
akan sampai puncak lebih cepat daripada lewat jalur Cemorokandang.
Pendakian melalui Cemorosewu jalannya cukup tertata dengan baik.
Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata.
Jalur dari pos 3 menuju pos 4 berupa tangga yang terbuat dari batu
alam. Pos ke 4 baru direnovasi, jadi untuk saat ini di pos 4 tidak ada
bangunan untuk berteduh. Biasanya kita tidak sadar telah sampai di pos
4.
Di dekat pos 4 ini kita bisa melihat telaga Sarangan dari kejahuan.
Jalur dari pos 4 ke pos 5 sangat nyaman, tidak nge-track seperti jalur
yang menuju pos 4. Di pos 2 terdapat watu gedhe yang kami namai watu
iris (karena seperti di iris).
Di dekat pintu masuk Cemorosewu terdapat suatu bangunan seperti
masjid yang ternyata adalah makam.Untuk mendaki melalui Cemorosewu (bagi
pemula) janganlah mendaki di malam hari karena medannya berat untuk
pemula.
Di atas puncak Hargo Dumilah terdapat satu tugu.
Misteri gunung Lawu
Gunung
Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan
menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah
Jawa.
Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya
Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki
Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang
sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan
meditasi.
Konon gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan berhubungan erat dengan tradisi dan budaya Praja Mangkunegaran.
Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai
larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat
perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar si pelaku
diyakini bakal bernasib naas.
Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat
yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur
Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan
Pringgodani.
Legenda gunung Lawu
Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan Majapahit
(1400 M) pada masa pemerintahan Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Ingkang
Jumeneng kaping 5 (Pamungkas). Dua istrinya yang terkenal ialah
Dara Petak putri dari daratan Tiongkok dan Dara Jingga. Dari Dara Petak lahir putra Raden Fatah, dari Dara Jingga lahir putra Pangeran Katong.
Raden Fatah setelah dewasa beragama islam, berbeda dengan ayahandanya yang beragama Budha. Dan bersamaan dengan pudarnya Majapahit, Raden Fatah mendirikan Kerajaan Demak dengan pusatnya di Glagah Wangi (Alun-Alun Demak).
Melihat kondisi yang demikian itu , masygullah hati Sang Prabu.
Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi
memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dalam semedinya didapatkannya wangsit
yang menyatakan bahwa sudah saatnya cahaya Majapahit memudar dan
wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan Demak.
Pada malam itu pulalah Sang Prabu dengan hanya disertai pemomongnya
yang setia Sabdopalon diam-diam meninggalkan keraton dan melanglang
praja dan pada akhirnya naik ke Puncak Lawu. Sebelum sampai di puncak,
dia bertemu dengan dua orang kepala dusun yakni Dipa Menggala dan Wangsa
Menggala. Sebagai abdi dalem yang setia dua orang itu pun tak tega
membiarkan tuannya begitu saja. Merekapun pergi bersama ke puncak Harga
Dalem.
Saat itu Sang Prabu bertitah, "Wahai para abdiku yang setia sudah saatnya aku harus mundur, aku harus muksa
dan meninggalkan dunia ramai ini. Dipa Menggala, karena kesetiaanmu
kuangkat kau menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi semua
makhluk gaib dengan wilayah ke barat hingga wilayah gunung Merapi/gunung Merbabu, ke timur hingga gunung Wilis,
ke selatan hingga Pantai selatan , dan ke utara sampai dengan pantai
utara dengan gelar Sunan Gunung Lawu. Dan kepada Wangsa Menggala, kau
kuangkat sebagai patihnya, dengan gelar Kyai Jalak.
Tak kuasa menahan gejolak di hatinya, Sabdopalon pun memberanikan
diri berkata kepada Sang Prabu: Bila demikian adanya hamba pun juga
pamit berpisah dengan Sang Prabu, hamba akan naik ke Harga Dumiling dan
meninggalkan Sang Prabu di sini.
Singkat cerita Sang Prabu Brawijaya pun muksa di Harga Dalem, dan
Sabdopalon moksa di Harga Dumiling. Tinggalah Sunan Lawu Sang Penguasa
gunung dan Kyai Jalak yang karena kesaktian dan kesempurnaan ilmunya
kemudian menjadi mahluk gaib yang hingga kini masih setia melaksanakan
tugas sesuai amanat Sang Prabu Brawijaya.
Obyek wisata
Telaga Sarangan yang terletak di lereng gunung Lawu.
Obyek wisata di sekitar gunung Lawu antara lain:
- Telaga Sarangan
- Kawah Telaga Kuning
- Kawah Telaga Lembung Selayur.
- Wana wisata sekitar Gunung Lawu
- Sekitar Desa Ngancar:
- Air Terjun Pundak Kiwo
- Air Terjun Watu Ondo
- Air Terjun Jarakan
- Watu Ongko
- Pasir Emas
- Tawangmangu
- Air Terjun Srambang
- Cemorosewu
- Candi Sukuh
- Candi Cetho
- Komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran:
- Astana Giribangun
- Air Terjun Grojogan Sewu
- Air Terjun Parang Ijo
- air terjun penganti
- air terjun suwono
- kebun teh jamus
Insiden
Kebakaran hutan
Pada tanggal 18 Oktober 2015, kobaran api melumat kawasan hutan di Gunung Lawu.[5]
Musibah yang dipicu perapian para pendaki Gunung Lawu yang ditinggalkan
dan belum dipadamkan tersebut menewas 6 orang dan melukai dua orang
lainnya. Menurut Kepala Pusat Dara Informasi dan Hubungan Masyarakat
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, musibah
terjadi sekitar pukul 13.40 WIB di petak 73 KPH Gunung Lawu. Berikut
kronologinya:
1. Pkl 08.00 WIB terlihat kepulan asap di sekitar Pos 3 Cemoro Sewu.
2. Pkl 09.30 WIB Tim gabungan dari Perhutani, Anggota Koramil 0804/02
Plaosan dan masyarakat menuju TKP untuk melaksanakan pemadaman.
3. Pkl 13.40 WIB Tim gabungan yang sedang menuju TKP mendapatkan
informasi dari pendaki a.n Sdr Mansur Salim, 46 Th, alamat Ds Rowosari
Kec Tembalang Kab Semarang Jateng bahwa telah menolong 1 orang pendaki
tepatnya antara Pos 4 dan Pos 3 a.n Dita Kurniawan 18 Th, pelajar SMK
Yosonegoro Magetan, alamat Ds Candirejo Kec/Kab Magetan dan mendapat
informasi juga dari pendaki yang telah ditolong bahwa ada 8 orang korban
yang masih terjebak di atas.
4. Pkl 14.00 WIB, Dita Kurniawan, dibawa turun ke Pos 1 dan
menceritakan bahwa pada Sabtu (17-10-2015) telah mendaki melalui jalur
Cemoro Kandang bersama 13 orang, namun 11 orang temannya belum diketahui
keberadaanya karena terpisah dalam perjalanan.
5. Pkl 14.20 WIB Tim gabungan menemukan 1 korban a.n Sdr Eko Nurhadi,
45 Th, alamat Ngawi dalam keadaan luka bakar 50 % (perut, tangan dan
wajah ).
6. Pkl 14.30 WIB Korban dievakuasi ke POS 1 Pemberangkatan, selanjutnya korban dievakuasi menuju RSUD DR Sayidiman Magetan.
7. Sampai dengan Pkl 18.00 WIB Tim gabungan TNI, Polri, Perhutani,
BPBD, AGL ( Anak Gunung Lawu) dibantu Masyarakat Cemoro Sewu dan
Singolangu masih melaksanakan penyisiran dan evakuasi.
8. Hasil penyisiran sementara sampai dengan saat ini diperoleh
infomasi korban kebakaran hutan yang terjadi di antara Pos 3 dan Pos 4
adalah 8 orang dengan rincian 6 orang meninggal, 2 orang dalam kondisi
kritis dan masih dalam proses evakuasi.
Galeri
- Tugu Hargo Dumilah, Puncak tertinggi Gunung Lawu.
- Pemandangan pada puncak Gunung Lawu.
- Stasiun Solo Jebres dengan Gunung Lawu di kejauhan.
- Pemandangan Gunung Lawu dari arah Magetan.
Lihat pula
Referensi
- ^ a b "Lawu". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 2006-12-26.
- ^ "Indonesian high-prominence peaks". peaklist.org. Diakses tanggal 2006-12-30.
- ^ "Usai Erupsi 1885, Gunung Lawu Masih Bisa Meletus"
- ^ "Ini Bukti Gunung Lawu Dahulu Berada di Dasar Laut"
- ^ Kronologi Pendaki Tewas Terbakar di Gunung Lawu