HUTAN MANGROVE CONGOT,
MAGNET BARU WISATA KULON PROGO
Lokasi wisata hutan Mangrove Pantai Congot meski belum lama dibuka, ternyata telah mampu menarik banyak wisatawan. Kawasan hutan bakau satu-satunya di Kulonprogo yang dikenal lewat media sosial ini bahkan telah dikunjungi puluhan ribu wisatawan sejak mulai diperkenalkan Januari 2016 silam.
Penggagas sekaligus pengelola wisata hutan mangrove Pantai Congot, Warso Suwito (54) dari kelompok Wanatirta, menyebut sedikitnya terdapat 300-400 orang wisatawan yang mengunjungi lokasi ini setiap harinya. Saat hari libur dan akhir pekan, pengunjung bahkan bis meningkat hingga 3 kali lipat mencapai 1000 orang per hari.
Uniknya kawasan hutan mangrove ini bukanlah merupakan lokasi wisata. Melainkan kawasan konservasi, yang dibangun untuk mencegah terjadinya abrasi pantai serta melestarikan kondisi lingkungan dan ekositem sekitar muara pantai. "Awalnya dulu kawasan ini tidak banyak ditumbuhi mangrove. Lalu secara bertahap mulai ditanam pada tahun 1989, 2009 dan 2012, baik oleh pemerintah, sejumlah LSM termasuk mahasiswa UGM," ujar lelaki yang juga Ketua Lembaga Pelestari Hutan Mangrove dan Pesisir Wanatirta itu.
Baru pada Januari 2016 lalu, Warso bersama sejumlah pelestari hutan mangrove desa setempat lainnya, berinisiatif membangun jembatan-jembatan dari bambu, dan membuka lokasi tersebut sebagai tempat wisata."Jembatan itu awalnya juga kita buat untuk sarana transportasi petani tambak. Tapi lama kelamaan banyak orang yang datang kesini. Akhirnya kita beranikan diri membuka hutan mangrove ini sebagai lokasi wisata. Jadi yang pertama mulai itu kita. Tujuannya ya untuk menambah pemasukan warga sekitar ," katanya.
Karena banyaknya pengunjung yang antusias untuk mengunjungi lokasi ini, kini sejumlah kelompok wisata hutan Mangrove di kawasan ini pun bermunculan. Kini setidaknya terdapat 3 kelompok wisata yang ada di kawasan ini. Masing-masing kelompok dari dua padukuhan berbeda ini pun seolah saling berebut pengunjung guna mendapatkan pundi-pundi pemasukan dari penjualan tiket masuk maupun uang parkir.
"Sampai dengan saat ini memang pengelolaan tempat wisata hutan mangrove ini masih dilakukan secara swadaya oleh kelompok wisata setempat. Awalnya hanya ada satu kelompok pengelola saja. Tapi karena semakin ramai, kini ada 3 kelompok baru yang juga ikut mengelola. Sehingga memang berpotensi menimbulkan konflik berupa persaingan tidak sehat," ujar sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdawis) Pantai Congot, Dwi Purnami.
Karena itulah, Dwi mengaku akan merangkul semua kelompok pengelola wisata tersebut agar dapat bekerjasama satu sama lain dalam mengembangkan wisata hutan mangrove pantai Congot ini. Salah satunya adalah dengan membuat sistim penarikan tiket masuk satu pintu, agar tidak terjadi saling rebut antar kelompok. "Hutan mangrove ini memiliki potensi wisata yang masih harus dikembangkan. Seperti misalnya pendirian gazebo ataupun gardu pandang. Sehingga kita harapkan semua pihak dapat saling bekerja-sama," katanya.
sumber/ilustrasi ; KR jogja
Tags:
Prop DI Yogyakarta