Mereka punya armada 1.800 pesawat,
tapi kini pesan 2.000 unit lebih.
Maskapai-maskapai penerbangan di Asia Tenggara kini paling agresif
membeli pesawat-pesawat baru ketimbang para kompetitor mereka di
kawasan lain. Namun, muncul kekhawatiran bahwa pembelian jor-joran
pesawat ini tidak diimbangi dengan daya tampung.
Kalangan pengamat, seperti yang dikutip kantor berita Reuters, takjub dengan tingginya gairah bisnis penerbangan di Asia Tenggara. "Ini merupakan satu-satunya kawasan di dunia di mana maskapai-maskapainya memesan lebih banyak pesawat dari armada yang mereka punya saat ini," kata Brendan Sobie, pengamat dari CAPA.
Maskapai-maskapai di Asia Tenggara akhir 2014 diperkirakan memiliki armada sekitar 1.800 pesawat, namun mereka sudah memesan lebih dari 2.000 pesawat baru. Menurut produsen pesawat Airbus, 36 persen dari total pesanan seluruh dunia berasal dari Asia Pasifik.
Kalangan pengamat, seperti yang dikutip kantor berita Reuters, takjub dengan tingginya gairah bisnis penerbangan di Asia Tenggara. "Ini merupakan satu-satunya kawasan di dunia di mana maskapai-maskapainya memesan lebih banyak pesawat dari armada yang mereka punya saat ini," kata Brendan Sobie, pengamat dari CAPA.
Maskapai-maskapai di Asia Tenggara akhir 2014 diperkirakan memiliki armada sekitar 1.800 pesawat, namun mereka sudah memesan lebih dari 2.000 pesawat baru. Menurut produsen pesawat Airbus, 36 persen dari total pesanan seluruh dunia berasal dari Asia Pasifik.
Pembelian
agresif ini dipicu dari laris manisnya bisnis jasa penerbangan di Asia
Tenggara. Seiring tumbuhnya kelas menengah di Asia Tenggara, yang
berpenduduk 600 juta jiwa, makin banyak pula yang bepergian menggunakan
pesawat baik untuk bisnis maupun berlibur apalagi para maskapai
berlomba-lomba menawarkan harga murah maupun paket menarik.
Selain itu, agresifnya pembelian pesawat baru juga didukung oleh tingkat suku bunga pinjaman yang relatif rendah di Asia Tenggara dan ini menjadi ladang bisnis menggiurkan pula bagi perusahaan-perusahaan kredit ekspor yang membantu kucurkan pinjaman.
Namun, situasi ini membuat persaingan bisnis jasa penerbangan di Asia Tenggara kian sengit. Apalagi, tahun lalu saja, kapasitas pesawat yang tersedia berkembang lebih cepat dari permintaan penumpang di sejumlah negara seperti Malaysia, Filipina, dan Singapura.
Ini menambah tekanan pada rata-rata pendapatan per penumpang untuk setiap satu kilometer jarak tempuh. Tekanan tersebut bisa bertambah tahun ini saat sejumlah maskapai di Asia Tenggara menerima sekitar 230 pesawat baru senilai lebih dari US$20 miliar, atau sama saja hampir setiap hari kerja akan menerima satu unit pesawat baru.
Agresivitas maskapai-maskapai Asia Tenggara membeli pesawat baru ini di sisi lain menimbulkan kekhawatiran di kalangan perbankan. "Saya tidak ingin bilang itu irasional berlebihan, namun tampak jelas semua pihak di Asia memesan pesawat lebih banyak dari yang betul-betul mereka butuhkan," kata Bertrand Grabowski, bankir dari DVB Jerman. (eh)
Selain itu, agresifnya pembelian pesawat baru juga didukung oleh tingkat suku bunga pinjaman yang relatif rendah di Asia Tenggara dan ini menjadi ladang bisnis menggiurkan pula bagi perusahaan-perusahaan kredit ekspor yang membantu kucurkan pinjaman.
Namun, situasi ini membuat persaingan bisnis jasa penerbangan di Asia Tenggara kian sengit. Apalagi, tahun lalu saja, kapasitas pesawat yang tersedia berkembang lebih cepat dari permintaan penumpang di sejumlah negara seperti Malaysia, Filipina, dan Singapura.
Ini menambah tekanan pada rata-rata pendapatan per penumpang untuk setiap satu kilometer jarak tempuh. Tekanan tersebut bisa bertambah tahun ini saat sejumlah maskapai di Asia Tenggara menerima sekitar 230 pesawat baru senilai lebih dari US$20 miliar, atau sama saja hampir setiap hari kerja akan menerima satu unit pesawat baru.
Agresivitas maskapai-maskapai Asia Tenggara membeli pesawat baru ini di sisi lain menimbulkan kekhawatiran di kalangan perbankan. "Saya tidak ingin bilang itu irasional berlebihan, namun tampak jelas semua pihak di Asia memesan pesawat lebih banyak dari yang betul-betul mereka butuhkan," kata Bertrand Grabowski, bankir dari DVB Jerman. (eh)