Logo Baru Jogja dan Rahasia yang Ada di Dalamnya
Feb 06, 2015in Berita
AKHIRNYA, Logo baru jogja diperkenalkan setelah proses yang panjang mulai dari pro dan kontra dari logo “togua” sebelumnya sampai mengadakan kontes yang berhadiah total Rp. 200 Juta. Logo yang dipilih melalui lomba ini dan telah dikurasi, dan kerja ulang (rework) hingga diperkenalkan di Gedung Pracimasono, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (5/2/2015). Soft launching dilakukan langsung oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Proses kurasi dan rework tersebut dilakukan oleh Tim 11 Rebranding Jogja yang ditunjuk dan mewakili berbagai elemen masyarakat yang kompeten. Menurut Herry Zudianto, Ketua Tim 11, logo Jogja yang baru ini memuat makna dan filosofi yang tidak lepas dari gagasan Sultan Hamengku Buwono X dalam arah pembangunan Jogja Renaisans maupun Sabda Tama.
Logo Jogja yang baru ini menggunakan huruf kecil yang melambangkan egaliterisme, kesederajatan, dan persaudaraan. “Dengan warna merah bata, sebagai warna yang melambangkan kraton dan spirit keberanian dan untuk menandai warna zaman baru atau masa depan berbekal pada akar budaya masa lalu. Akar budaya ini diperkaya dengan kearifan lokal yang genuine,” kata Arif Budiman, anggota Tim 11.
Font yang digunakan memuat nuansa huruf Jawa. Hal ini, menurut paparan Arif, mewakili kekuatan akar budaya masyarakat Yogyakarta. “Logo ini menggunakan jenis font original yang didesain berdasarkan aksara Jawa HANACARAKA. Kemudian, dikemas ulang dalam font modern, simpel, dan dinamis serta tetap berpijak pada ruh tradisi dan kebudayaan Jogja, tak hanya itu, pembuatannya juga melalui proses yang cukup berat. Juga sudah sesuai dengan 9 arahan Ngarso Dalem,” katanya dalam presentasi logo baru Yogyakarta di Kantor Gubernur DIY, Kamis (5/2).
Selain itu, bentuk font yang modern, simpel, dan dinamis juga dimaksudkan sebagai manifestasi semangat anak muda (Youth), perempuan (Women), dan penggiat Internet (Netizen) yang oleh MarkPlus diposisikan sebagai tiga subkultur yang menggerakkan dunia modern saat ini.
Sementara, sembilan arah pembangunan Jogja Renaisans yang menyangkut pendidikan, pariwisata, teknologi, ekonomi, energi, pangan, kesehatan, keterlindungan warga, tata ruang dan lingkungan, disimbolkan dalam huruf “g” yang berbentuk angka sembilan. “Untuk mencapai tekad Jogja Gumregah ini, kebudayaan akan selalu menjadi payung dan artus utama dalam mencapai kemajuan,” kata Arif.
Titik dalam huruf “J” dalam bentuk biji dan daun juga lubang pada huruf G melambangkan filosofi Cokro Manggilingan, Wiji Wutuh, Wutah PEcah, PEcah Tuwuh, Dadi Wiji yang menjadi pedoman pembangunan yang lestari dan selaras dengan lingkungan.
Huruf “G” dan “J” yang saling memangku dan bersinggungan melambangkan semangat “Hamemayu Hayuning Bawana” – pedoman bagi setiap pemimpin dan pengampu kebijakan untuk selalu bercermin pada kalbu rakyat. Ini juga diartikan sebagai tugas pemimpin yang menjadi pelayan rakyat untuk memajukan pembangunan yang memanusiakan manusia.
Warna merah yang digunakan sebagai warna resmi logo tersebut berasal dari lambang kraton. Merah mencerminkan keberanian, ketegasan, kebulatan tekad. Warna merah di atas putih menggambarkan Jogja yang menyimpan roh ke-Indonesia-an yang berdiri kokoh di atas sejarah panjang kebudayaan unggul Nusantara.
Tagline “Istimewa” mencerminkan keistimewaan Jogja yang progresif, integritas, dan memiliki diferensiasi yang kuat dibanding daerah lain dianggap sudah mewakili Yogyakarta secara menyeluruh..
“Kata istimewa ini diterjemahkan beda dan lebih baik dari yang lain. Dalam bahasa Inggris tidak ada padanannya. Karena itu ini yang di pilih,” sambung Marzuki Kill The DJ yang juga salah seorang anggota tim sebelas.
Diharapkan logo ini bisa menjadi pusaka masa kini yang akan diwariskan pada generasi selanjutnya. Rencananya logo Jogja ini akan dilaunching bersama dengan Gerakan Jogja Gumbregah, sebuah gerakan kebudayaan yang datang dari masyarakat Yogyakarta. Sultan nanti yang akan melaunching sebagai Raja dan Gubernur rakyat Jogja. Diharapkan saat launching masyarakat benar-benar menyerap makna dari logo baru Jogja.
“Kita nanti akan kita bikin pesta rakyat, sekaligus gerakan kebudayaan,” tandasnya.
Pengumuman logo baru ini dilaksanakan pagi tadi 5 Februari 2015 di Kepatihan. Sedangkan Launching-nya akan dilaksanakan tanggal 1 Maret 2015 di Pagelaran Kraton.
Logo baru ini menyebabkan pro dan kontra di kalangan desainer dan masyarakat jogja seperti salah satu komentar yang kontra terhadap logo baru ini. Singgih Dwi Cahyono mengatakan dalam komentarnya menuturkan.
ketika orang tidak membaca konsep nya, saya tidak yakin orang akan bisa meraba image apa yang ingin disampaikan logo ini ke audience, jadi apa fungsi logo ini kalau audience nya gak bisa menangkap ide dibaliknya, dengan audience jogja yang sebegitu luasnya dari amerika, hongkong, paris, kudus, sumatera, papua, harus ada bahasa universal untuk menyampaikan yang ingin di citrakan oleh jogja, sayangnya logo ini tidak akan berhasil menyampaikan ini.Memang sebuah perubahan tak terlepas akan pro dan kontra yang membuatnya berwarna. Jadi menurut kalian, logo baru ini cocok dengan keistimewaan Jogja atau?
Dilihat dari komentarnya banyak yang kurang ‘sreg’ terhadap logo baru ini, apakah akan ada perubahan lagi? Kita tunggu saja.
Sumber Berita : Jogja Darurat Logo
Tags:
Berbagi Informasi