Grebeg
Sudiro diawali dengan arak-arakan gunungan yang disusun dari ribuan kue
keranjang di sekitar kawasan Sudiroprajan diikuti pawai kesenian
lainnya seperti barongsai, tari-tarian, pakaian tradisional, adat
keraton sampai kesenian kontemporer yang berakhir di depan Kelenteng
Tien Kok Sie di depan Pasar Gede.
Gunungan yang akan dibawa saat pawai,
foto : http://kemanaajaboleeh.com/wp-content/
uploads/2015/01/grebeg-sadiro.jpg
Festival
Grebeg Sudiro adalah Perayaan Tahun Baru Imlek dalam bentuk karnaval
kreasi seni yang merupakan perpaduan (akulturasi) antara budaya Jawa dan
Tionghoa. Grebeg dikenal sebagai tradisi khas Jawa yang biasanya
digelar untuk memperingati hari-hari khusus seperti peringatan kelahiran
Nabi Muhammad SAW sampai dengan perayaan Tahun Baru Jawa pada tanggal
satu suro. Sedangkan kata Sudiro diambil dari nama kelurahan yang
terletak dekat pasar Gede Harjonagoro yang banyak didiami oleh warga
keturunan Tionghoa di Solo.
Grebeg
Sudiro digelar setiap Imlek. Untuk Imlek tahun ini Grebeg Sudiro
direncanakan akan digelar pada tanggal 19 Februari 2015 yang merupakan
puncak dari serangkaian perayaan Tahun Baru Imlek yang diadakan selama
tiga hari sebelumnya dari tanggal 15-18 Februari 2015.
Liong juga ikut pawai saat Grebeg Sudiro,
foto: http://www.travelmatekamu.com/wp-content/
uploads/2015/02/grebeg-sudiro-3.jpg
Grebeg
Sudiro diawali dengan arak-arakan gunungan yang disusun dari ribuan kue
keranjang di sekitar kawasan Sudiroprajan diikuti pawai kesenian
lainnya seperti barongsai, tari-tarian, pakaian tradisional, adat
keraton sampai kesenian kontemporer yang berakhir di depan Kelenteng
Tien Kok Sie di depan Pasar Gede.
Puncak
acara dari grebeg ini adalah warga beramai-ramai memperebutkan isi
gunungan tersebut disertai dengan penyalaan lampion berbentuk teko yang
digantung di atas gerbang Pasar Gede. Momen perebutan gunungan yang
diibaratkan hasil bumi tersebut mengandung dasar falsafah Jawa yang
berbunyi “ora babah ora mamah” yang berarti “jika tidak berusaha maka
tidak makan”.
Beatrix R Imelda S
Mount that will be taken during the parade,
photo: http://kemanaajaboleeh.com/wp-content/
uploads / 2015/01 / grebeg-sadiro.jpg
Liong also follow the parade when Grebeg Project
photo: http://www.travelmatekamu.com/wp-content/
uploads / 2015/02 / grebeg-sudiro-3.jpg
Jadwal OpenTrip XploreAdventure BB 7A722B86 Call. / SMS / WA / Line / WeChat 085643455685: http://www.xplorewisata.com/2015/02/grebeg-sudiro-akulturasi-tionghoa-jawa.html#ixzz3RdjiFvZT
Follow us: @syarifain_ on Twitter | cikarsya.yogyakarta on Facebook
Grebeg Project begins
with the parade of thousands of mountains that are prepared cake basket
in the vicinity of the parade followed Sudiroprajan other arts such as
lion dance, dances, traditional clothing, traditional palace to
contemporary art and ended in front Sie Kok Tien Temple in front of
Pasar Gede.
Mount that will be taken during the parade,
photo: http://kemanaajaboleeh.com/wp-content/
uploads / 2015/01 / grebeg-sadiro.jpg
Jimmy Kite Festival is a
celebration of the Lunar New Year carnival creations in the form of art
which is a blend (acculturation) between Javanese and Chinese culture. Grebeg
known as the Javanese tradition that is usually held to commemorate
special days such as the birth anniversary of Prophet Muhammad SAW until
New Year celebration on February one Suro. While the
Project is taken from the name of the village is located near the market
Gede Harjonagoro that many inhabited by people of Chinese descent in
Solo.
Jimmy held every Chinese New Year Festival. For
this year's Chinese New Year Festival Project is planned to be held on
February 19, 2015, which is the culmination of a series of Lunar New
Year celebrations were held for three days in advance of the date of
February 15 to 18, 2015.
Liong also follow the parade when Grebeg Project
photo: http://www.travelmatekamu.com/wp-content/
uploads / 2015/02 / grebeg-sudiro-3.jpg
Grebeg Project begins
with the parade of thousands of mountains that are prepared cake basket
in the vicinity of the parade followed Sudiroprajan other arts such as
lion dance, dances, traditional clothing, traditional palace to
contemporary art and ended in front Sie Kok Tien Temple in front of
Pasar Gede.
The highlight of this
festival is the mass of citizens fighting over the content of these
mountains accompanied by the firing of a pot-shaped lanterns that hung
over the gate Pasar Gede. Moment of the seizure of the
mountains that symbolized the earth contains the basic philosophy of
Java which reads "miracle does not chew" which means "if it does not
work then do not eat".
Jadwal OpenTrip XploreAdventure BB 7A722B86 Call. / SMS / WA / Line / WeChat 085643455685: http://www.xplorewisata.com/2015/02/grebeg-sudiro-akulturasi-tionghoa-jawa.html#ixzz3RdjiFvZT
Follow us: @syarifain_ on Twitter | cikarsya.yogyakarta on Facebook
Tags:
Berbagi Informasi