Samigaluh adalah sebuah
kecamatan di
Kabupaten Kulon Progo,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Indonesia.
Samigaluh berada di sebelah utara dalam wilayah Kabpaten Kulon Progo,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. wilayah Samigaluh didominasi oleh
perbukitan (bagian dari Perbukitan Menoreh) yang terletak di perbatasan
antara Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta denan Provinsi Jawa Tengah
(Kabupaten Purworejo). daerah Samigaluh kaya dengan obyek wisata
(Suroloyo, Goa Seriti, dan lain-lain.
Samigaluh merupakan daerah penghasil cengkeh termasyhur dari Daerarah
istimewa Yogyakarta.Penduduk dari Samigaluh kebanyakan berprofesi
sebagai Petani.Daerah ini mempunyai ketinggian di atas 500m dpl,sehingga
ini berdampak pada hawa yang cukup dingin,terutama di puncak Suralaya.
Puncak Suroloyo, demikian orang-orang menyebutnya. Puncak Suroloyo
merupakan bukit tertinggi di kawasan pegunungan Menoreh yang terletak di
kabupaten Kulonprogo. Selain memiliki pemandangan yang indah, tempat
ini juga memiliki berbagai cerita dan mitos yang cukup kuat. Tidak
mengherankan jika suasana mistis sangat terasa jika kita berada di
tempat ini.
Puncak Suroloyo memiliki kemiripan dengan kisah gunung Tidar. Jika
Gunung Tidar diyakini sebagai pakuning tanah Jawa, maka Puncak Suroloyo
diyakini sebagai pusat atau titik tengah pulau Jawa. Keyakinan ini
didasarkan pada garis imaginer pulau Jawa. Jika ditarik garis lurus dari
Selatan ke Utara dan dari Barat ke Timur, maka titik temunya ada di
puncak Suroloyo ini. Tampaknya ada yang mengaitkan suroloyo dengan kisah
semar, mengingat di tempat ini terdapat ornamen Semar badranaya.
Suroloyo merupakan tempat bersemayamnya para dewa. Dengan mengaitkan
Suroloyo dan sosok Semar hendak dikatakan bahwa puncak suralaya ini
diyakini sebagai kahyangan, tempat berkumpulnya para dewa. Salah satu
dewa yang ngejawantah adalah kyai semar itu. “Di daerah ini, pada
malam-malam tertentu sering terdengar alunan gamelan. Tapi tidak
diketahui dari mana sumber alunan gamelan itu” ungkap seorang penduduk
desa di sekitar puncak Suroloyo.
Tempat ini juga mempunyai kaitan sejarah dengan Kerajaan Mataram Islam.
Dalam Kitab Cabolek yang ditulis Ngabehi Yasadipura pada sekitar abad
ke-18 disebutkan bahwa suatu hari Sultan Agung Hanyokrokusumo yang kala
itu masih bernama Mas Rangsang mendapat wangsit agar berjalan dari
Keraton Kotagede ke arah barat. Petunjuk itupun diikutinya. Sampailah ia
di puncak Suroloyo ini. Karena sudah menempuh jarak sekitar 40 km, Mas
Rangsang merasa lelah dan tertidur di tempat ini. Pada saat itulah,
Rangsang kembali menerima wangsit agar membangun tapa di tempat dia
berhenti. Ini dilakukan sebagai syarat agar dia bisa menjadi penguasa
yang adil dan bijaksana. Jadilah beberapa peninggalan yang masih ada
hingga sekarang ini. Di bagian puncak, terdapat sebuah batu besar dan
arca. Di tempat ini sering digunakan untuk mengadakan ritual jamasan
pusaka kraton setiap awal bulan Sura. Pada ritual ini, puncak Suroloyo
akan penuh sesak dengan orang-orang yang ingin ngalap berkah. Tidak
tanggung-tanggung, banyak di antara mereka yang berjalan kaki menuju ke
puncak Suroloyo.
Di samping mitos dan kisah sejarah, puncak Suroloyo menyuguhkan panorama
alam yang menyegarkan. Perbukitan menoreh dapat dinikmati dari puncak
Suroloyo. Kelok-kelok puncak perbukitan Menoreh yang diselimuti kabut
tipis akan membuat kita melayang seraya di kahyangan. Jika cuaca cerah,
biasanya pada pagi hari, kita bisa memandang empat gunung besar di Jawa
yakni Merapi, Merbabu, Sumbing, dan Sindoro. Dari tempat ini pun puncak
Candi Borobudur yang berada di Magelang juga bisa dilihat dengan jelas.
Jika kita membawa teropong, maka keindahan Candi Borobudur dapat
dinikmati dari ketinggian puncak Suralaya ini.
Di puncak ini terdapat tiga gardu pandang yang mempunyai nama
sendiri-sendiri yakni Suroloyo, Sariloyo, dan Kaendran. Dari ketiga
gardu pandang ini, gardu pandang Suroloyo adalah gardu pandang yang
paling menarik dan menantang. Untuk mencapai puncak ini, kita harus
melewati jalan berundak yang lumayan untuk membuat kita terengah-tengah
atau sekedar berhenti untuk mengatur napas untuk kemudian melanjutkan
perjalanan. Di puncak ini terdapat sebuah joglo. Jika kita merasa tidak
siap untuk naik sampai ke puncak karena fisik kita yang lemah, di bagian
bawah sebelum jalan berundak ini terdapat sebuah joglo yang bisa
dipakai untuk beristirahat seraya menikmati keindahan alam yang tersaji
di depan mata kita. Selain keindahan alam, ada banyak aneka tumbuhan dan
aneka jenis hewan yang bisa kita jumpai. Bunga-bunga liar yang beraneka
warna menarik mata kita untuk memandangnya. Pemandangan seperti ini
tentu akan memanjakan mata kita seraya mengucap syukur atas segala
keindahan cipta-Nya. Sungguh luar biasa.
Kategori:
Samigaluh, Kulonprogro
From Indonesian Wikipedia, the free encyclopedia
Samigaluh is a
district in
Kulon Progo ,
Indonesia Special Region of Yogyakarta ,
Indonesia . Samigaluh located north of the province ranks Kulon Progo, Yogyakarta Province. Samigaluh
region is dominated by hills (part of the hilly tapping) located on the
border between the Special Province of Yogyakarta, Central Java
Province denan (Regency). Samigaluh area rich with attractions (Suroloyo, Goa Seriti, and others.
Samigaluh an area renowned producer of cloves Special Daerarah
Yogyakarta.Penduduk of Samigaluh mostly work as Petani.Daerah has a
height of 500m above sea level, so the impact on air pretty cool,
especially at peak majeure. Suroloyo, so people call it. Suroloyo is the
highest hill in the mountainous region located in the district tapping
Kulonprogro. Besides having a beautiful landscape, this place also has a
variety of stories and myths that are strong enough . Not surprisingly,
the mystical atmosphere is felt if we were in this place.
Suroloyo has similarities with the story of the mountain once. If the
mount once believed as Pakuning of Java, then Suroloyo believed to be
the center or midpoint of the island of Java. This belief is based on
the line the imaginary island of Java. If a straight line from South to
North and from West to East, the meeting point is at the top of this
Suroloyo. There seems to be an associate gong with semar story, remember this place there Semar Badranaya ornaments. Suroloyo is the abode of the gods. By
associating Suroloyo and figure Semar to say that the highlight of this
suralaya believed to be speechless, the gathering place of the gods. One of the incarnate deity is cleric semar it. "In this region, on certain nights often heard gamelan. But do not know where the source of the gamelan, "said a villager in peak around Suroloyo.
It also has historical ties with the Islamic Mataram Kingdom. In
the book written Cabolek Ngabehi Yasadipura around the 18th century
mentioned that one day Sultan Agung Hanyokrokusumo who was then still
called Mas Rangsang get inspired to walk from town to the west of the
kingdom. Even then he follows instructions. He arrived at the top of this Suroloyo. Because it's a distance of about 40 km, Mas Boost feel tired and fall asleep in this place. At that moment, Spur again received the prophecy that build tapa in place he stopped. This is done as a condition so that he could be fair and wise ruler. Be certain omissions that still exist today. At the top, there is a large stone sculpture. The place is often used to hold ritual jamasan royal heritage Sura beginning of each month. In this ritual, the summit will Suroloyo crowded with people who want to marrying a blessing. No half-hearted, many of those who walk to the top of Suroloyo.
In addition to the myths and histories, presenting a panorama peak Suroloyo refreshing nature. Tapping hills can be enjoyed from the top of Suroloyo. Turns tapping the top of the hills covered in mist will make us drift while in heaven. If
the weather is sunny, usually in the morning, we could see four big
mountains in Java, namely Merapi, Merbabu, chippy, and Sindoro. This place was the highlight of the Borobudur Temple in Magelang also can be seen clearly. If we bring binoculars, then the beauty of Borobudur can be enjoyed from the height of this peak majeure.
On top of this there are three viewing post has its own name that Suroloyo, Sariloyo, and Kaendran. From
this vantage third substation, substation is a substation Suroloyo
perspective view of the most interesting and challenging. To
reach this peak, we must pass through a rugged road passable to make us
gasping for middle or just stop to catch your breath before resuming
the journey. On top of this there is a joglo. If
we do not feel ready to rise to the top because we are physically weak,
at the bottom of the street before the railroad was there a joglo that
can be used to rest while enjoying the natural beauty presented in front
of our eyes. Besides the natural beauty, there are many different types of plants and animals that can be encountered. Wild flowers of various colors attract our eyes to look at him. Scenes like this will certainly spoil our eyes while giving thanks for all the beauty of His creation. It is remarkable.