Tips Asma: Pengaruh Dataran Tinggi (Ketinggian) terhadap Asma
Orang
yang memiliki asma dan amat menikmati aktivitas di luar (outdoor)
umumnya akan merasa khawatir ketika hendak melakukan perjalanan ke
dataran tinggi seperti mendaki gunung, misalnya.
Ternyata,
melakukan perjalanan ke dataran tinggi atau gunung tidak selalu mustahil
dilakukan oleh penderita asma, meskipun tentunya kehati-hatian tetap
diperlukan.
Asma
adalah kondisi paru-paru kronis, yang antara lain ditandai dengan
kesulitan bernapas. Orang dengan asma mempunyai saluran pernapasan yang
sensitif atau hiper-responsif.
Selama serangan asma, saluran
pernapasan menjadi teriritasi dan kemudian menyempit sehingga
menyebabkan terhambatnya aliran udara ke dan dari paru-paru.
Tidak
dipungkiri bahwa penderita asma lebih rentan jika bepergian ke dataran
tinggi jika dibanding dengan orang normal atau yang tidak menderita
asma.
Namun, jika kondisi tubuh fit dan sehat, serta asma yang
terkontrol dengan baik, seharusnya melakukan perjalanan ke ketinggian
tidak akan menimbulkan masalah berarti.
Tentu saja, perjalanan
mendaki gunung harus dilakukan secara perlahan-lahan dengan mengetahui
batas kemampuan diri dan tidak dipaksakan. Ketinggian umumnya memiliki
sedikit efek pada penderita asma yang stabil.
Tapi jika asma yang diderita begitu parah, maka melakukan perjalanan ke ketinggian dapat menempatkan penderita dalam bahaya.
Ditambah kondisi yang dingin serta lapisan oksigen yang lebih tipis di dataran tinggi, semuanya ini bisa memicu gejala asma.
Penderita
asma yang biasa menggunakan bronkodilator tiga kali atau lebih dalam
seminggu yang sudah berlangsung selama setidaknya satu tahun juga
memiliki risiko besar saat melakukan perjalanan ke dataran tinggi.
Seperti
telah disebutkan, kondisi yang dingin dan lembab yang umumnya ditemui
pada ketinggian atau dataran tinggi cenderung memperburuk asma.
Perjalanan mendaki yang melelahkan juga bisa memicu serangan asma.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah kondisi inhaler yang sering digunakan oleh penderita asma.
Dalam cuaca yang lebih dingin, tekanan inhaler mungkin saja akan berubah sehingga inhaler tidak dapat bekerja secara normal.
Jadi
sebelum menggunakannya, inhaler perlu dipanaskan menggunakan panas
tubuh dari tangan.
Jadi, genggam inhaler dalam telapak tangan selama
beberapa saat sebelum digunakan.
Agar perjalanan lebih aman dan nyaman, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter beberapa hari sebelum keberangkatan.
Dokter akan memberikan saran-saran yang tentunya amat bermanfaat selama melakukan perjalanan ke dataran tinggi.
Dokter mungkin juga akan meresepkan pengobatan pencegahan untuk memberikan perlindungan ekstra selama perjalanan.
Ini termasuk memberikan bekal obat tambahan yang bisa diminum saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atau situasi darurat.
Jadi,
dataran tinggi bukan merupakan tempat yang harus selalu dihindari.
Pastikan saja untuk berhati-hati dan mengambil langkah antisipasi
sebelumnya.
Pada beberapa penderita asma, terutama yang dipicu
oleh tungau debu rumah, berada di dataran tinggi mungkin justru akan
meningkatkan kondisi mereka. Di dataran tinggi, tungau debu umumnya
tidak dapat bertahan hidup.
Jadi, konsultasikan kepada dokter
sebelum melakukan perjalanan ke ketinggian atau mendaki gunung untuk
menjamin perjalanan tetap aman dan menyenangkan.[]