Goa Petruk
Kebumen Jawa Tengah
Goa Petruk terletak di di dukuh Mandayana Desa Candirenggo Kecamatan
Ayah, tidak jauh dari Goa Jatijajar. Nama Petruk berasal dari salah satu
bentuk batu di dalam goa yang menyerupai Hidung Petruk, pengikut setia
Pandawa dalam cerita pewayangan. Sayang, karena ulah Belanda ketika
melakukan penambangan phosfat, hidung Petruk tersebut putus dan kini
sudah tak kelihatan lagi. Tidak seperti Goa Jatijajar yang sangat ramai,
jumlah wisatawan Goa Petruk tidak terlalu banyak. Hal ini disebabkan
karena Goa ini masih alami bahkan tidak ada penerangan didalmnya
sehingga membutuhkan persiapan dan nyali yang cukup. Anda dapat
menikmati goa hanya dengan melihat 3 ruang utama (sekitar 30 menit) atau
menyusuri seluruh ruangan goa (sekitar 1.5 jam). Jika anda memilih
untuk menyusuri goa ada baiknya untuk menyediakan baju ganti, karena
dipastikan baju anda akan basah. Hati-hati juga dengan kamera yang anda
bawa, lebih aman jika menggunakan kamera underwater.
Foto: berbagifun
Untuk mencapai mulut Goa petruk, anda harus menaiki kurang lebih 260
anak tangga. angga pertama ada air terjun kecil, meskipun tingginya
kira-kira cuma enam meter. Goa Petruk terbagi menjadi tiga bagian,
bagian pertama atau di lantai I hanya terdapat kelelawar dengan bau
kurang sedap; Goa Semar dimana kita akan disuguhi dengan pemandangan
dari bebatuan yang mempesona.; dan Goa Petruk tempat dimana batu yang
mempunyai ujud seperti hidungnya Petruk pernah ada. Tersedia pemandu
wisata yang siap mengantarkan anda memandu perjalanan dalam goa, tidak
ada tarif resmi, sukarela/seikhlas-nya pengunjung. Sebagai perbandingan
tahun 2010 pemandu di bayar Rp. 25.000,-. Untuk memasuki goa,
disediakan alat-alat seperti petromak, headlamp, sepatu boot, rain coat
dan helm pelindung kepala. Didalam goa Petruk terdapat sungai kecil yang
mengalir sepanang 700 meter. Goa sepanjang 644 meter ini dialiri sungai
kecil yang sangat jernih dan sejuk. Lorong-lorong goa tidak terlalu
tinggi dengan sebagian tergenangi air, sehingga terkadang harus
merunduk. Aneka batu dengan berbagai bentuk seperti yang sudah sering
kita jumpai terdapat di dalam goa. Nama-nama batu disesuaikan dengan
kemiripannya, seperti Batu Katak, Batu Buaya, Batu Lukar Busono, Harimau
Duduk, Batu Serigala, Taman Gajah, Taman Maria, Batu Dandang, Batu
Dasi hingga Batu Payudara/Batu Susu. Terdapat pula batuan yang mirip
tempat tidur, atau pelaminan seorang pengantin baru, batu yang
menyerupai sebuah lumbung padi, sehingga batuan tersebut di beri nama
batu lumbung, batu yang baik bentuk maupun warnanya mirip kain mori yang
membungkus mayat. Selain aneka batu, di dalam gua ini juga dapat
terlihat adanya sejumlah sendang dan air terjun yang bahkan airnya mirip
busa sabun.
Pantai Ayah/Pantai Logending
Pantai Ayah/Logending terletak di Desa Ayah Kecamatan Ayah, 53 km
dari kota Kabupaten Kebumen . Nama Logending sendiri berasal dari kata
Lo dan Gending, Lo adalah nama sebuah pohon yang kayunya dapat diracik
menjadi alat music. Pantai Ayah berbeda dengan pantai-pantai lain di
Kabupaten Kebumen yang hampir semuanya memiliki ombak besar dan pantai
sangat luas, Ayah/Logending tidak memiliki area pantai yang luas, diapit
oleh dua pegunungan, menjadi muara sungai Bodo dan di naungi oleh
rimbunnya hutan jati. Fasilitas wisata disini cukup lengkap dan rapih,
terdapat jogging track, tersedia perahu-perahu tradisional, maupun
perahu temple untuk menelusuri muara sungai Bodo yang merupakan pemisah
antara wilayah Kabupaten Kebumen dengan Kabupaten Cilacap, kuda untuk
menyusuri pantai dan kawasan untuk kemah.
Waktu terbaik menikmati pantai Ayah/Logending adalah saat matahari
terbenam, setelah mengejar sunset hingga Lombok, Derawan, Belitung,
Sabang ternyata foto sunset terbaik yang pernah saya peroleh justru
tidak jauh dari tempat tinggal saya sendiri.
sumber : http://ndahsaja.com