Candi Sukuh- Eksotisme Piramida di Lereng Gunung Lawu
Candi SUKUH |
Keindahan dan misteri lereng Gunung Lawu memang tiada habisnya untuk dieksplorasi dan dikagumi.
Kali ini saya ingin menulis tentang sebuah Candi agama Hindu yang secara administrasi terletak di wilayah Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah.
Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut pada koordinat 07o37, 38’ 85’’ Lintang Selatan dan 111o07,. 52’65’’ Bujur Barat.
Dari Terminal Karangpandan silahkan terus saja ke arah Tawangmangu,
nanti sekitar 5km disebelah kiri jalan ada gapura besar dengan tulisan
"Kawasan Wisata Sukuh-Cetho" silahkan arahkan kendaraan ke kiri dan
ikuti petunjuk arah yang ada.
Jalannya sudah bagus dan lebar untuk kendaraan roda dua maupun roda empat.
Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang mencolok
pada para pengunjung.
Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh
berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko
atau peninggalan budaya Inca di Peru.
pada tahun 1930.
Ia mencoba menjelaskannya dengan memberikan tiga
argumen.
#Pertama, kemungkinan pemahat Candi Sukuh bukan seorang tukang
batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton.
#Kedua, candi dibuat dengan agak tergesa-gesa sehingga kurang rapi.
#Ketiga, keadaan politik kala itu dengan menjelang keruntuhan Majapahit,
tidak memungkinkan untuk membuat candi yang besar dan megah.
Para pengunjung yang memasuki pintu utama lalu memasuki gapura
terbesar akan melihat bentuk arsitektur khas bahwa ini tidak disusun
tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium dengan atap di
atasnya.
Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerahan, sebab batu-batu yang dipakai adalah jenis andesit
Kisah Sudhamala yang berhasil meruwat
Betari Durga dari kutuk Dewa Siwa, melatar belakangi tegaknya Candi
Sukuh.
Dengan demikian diperkirakan Candi sukuh merupakan tempat untuk
ruwatan.
Sudhamala adalah sebutan untuk Raden Sadewa, tokoh Pandawa
kelima, yang berarti bersih dari dosa.
Saya sendiri beberapa kali berkunjung ke Candi Sukuh, disaat hari libur
pengunjung lumayan banyak. Namun karena sengaja ingin merasakan
kesakralan dan keteduhan dari Candi warisan Leluhur jaman Majapahit
akhir ini, saya ambil waktu berkunjung saat pagi sebelum matahari
terbit
atau sore hari menikmati matahari terbenam sembari hening.
Saya suka melihat dan merasakan kombinasi pijaran cahaya matahari dan kabut yang tergelar disini :)
Luar biasa kedamaian dan keheningan disini yang saya rasakan.
Para Leluhur beranggapan “Bahwa segala sesuatu ada awal-nya”.
Pengajaran
ini divisualisasikan dalam Relief Pertemuan Lingga dan Yoni di Candi
Sukuh yang saling berhadapan pada lantai gerbang utama.
Relief Pertemuan
Lingga dan Yoni tersebut juga merupakan “candra sangkala” yang berbunyi
:
“ Wiwara Winirasa Hanahut Jalu “ yang bermakna angka tahun 1359 Tahun
Saka.
Atau tahun 1437 Masehi, tahun penanda diawalinya pembangunan
candi di sana.
Simbol Lingga-Yoni bukanlah sekedar lambang erotisme semata,
semua adalah bahasa simbol yang perlu dikaji dan dimengerti maknanya yang lebih dalam dan luas lagi :)
Manusia bisa disebut “homo simbolicus”, makhluk pengguna simbol-simbol
sebagai alat untuk menggambarkan fenomena-fenomena abstrak maupun nyata.
Simbol-simbol tersebut ada yang dapat digunakan sebagai alat peningkat
kesadaran manusia.
Di antara simbol peningkat kesadaran itu,
Lingga
digunakan sebagai simbol dari Energi Maskulin, “Yang”, Pria
Yoni
dipakai sebagai simbol dari Energi Femin, “Yin”, Wanita.
Lingga dan
Yoni adalah jalur energi Ilahi di tubuh manusia dan di alam semesta,
Penyatuan Lingga dan Yoni melahirkan sesuatu yang baru, yaitu
penciptaan.
Perpaduan lingga dan yoni tersebut melambangkan penciptaan
dunia dan kesuburan.
Tanpa penyatuan tak ada generasi lanjutan.
Di pelataran atas Candi Sukuh terdapat Relief Rahim yang terukir dengan
lengkap sebagai lambang kesuburan/kesempurnaan, Alam Semesta penuh
kasih keibuan,
jadi Yoni merupakan kekuatan utama
penggerak kehidupan ini. Tiada kasih ibu yang menyambut dengan sukacita
datangnya benih dari ayah, membiarkannya tumbuh dalam badannya,
memeliharanya dengan penuh kasih, dan melepaskannya, mengeluarkannya
ketika sudah ‘matang’,
sudah sempurna, tentu dengan taruhan nyawa, maka
kehidupan ini tidak akan berlangsung hingga sekarang.
Begitulah kurang lebihnya nilai filosofi yang dapat dipetik dari Candi
Sukuh ini, seorang wanita/IBU PERTIWI dimuliakan dan dipuja dengan
simbol-simbolnya yang telah tergelar di alam semesta ini.
saya lebih senang menyebut Candi ini adalah Candi IBU, entahlah hehehe....
Mungkin anda ingin berkunjung dan menikmati eksotisme dam kesakralan Candi Sukuh ini? cukup membayar karcis Rp.3000,- anda dapat berkeliling sepuasnya, tentu
saja dengan tetap menjaga etika kesopanan (unggah-ungguh) dan turut
menjaga situs bersejarah ini :)
Candi Sukuh- exoticism Pyramid in cradle mountain slopes
Sukuh |
The beauty and mystery cradle mountain slopes are endless to be explored and admired.
This time I wanted to write about a religious temple Hindu who is administratively located in the Village area Berjo , Sub Ngargoyoso , Province of Central Java , the former Surakarta , Central Java .
The temple is situated on the slopes of the foot cradle mountain at an altitude of approximately 1,186 meters above sea level at coordinates 07 ° 37, 38 '85' 'south latitude and 111 o 07 ,. 52'65 '' West Longitude.
The temple is located approximately 20 kilometers from the city of Uji and 36 miles from Surakarta .
From Terminal Karangpandan please continue only towards Jinju,
later around 5km on the left side of the road there is a big gate with
the inscription "Tourism Regions Sukuh-Fuzzy" please point the vehicle
to the left and follow the directions there.
The road is nice and wide for two wheeler and four wheeler.
Sukuh temple building gives the impression of simplicity is striking at the visitors.
The impression one gets from this temple is quite different to that obtained from a large temples in Central Java is they Candi Borobudur and Prambanan .
The architecture of the temple Sukuh tend to be similar to the cultural heritage Maya in Mexico
or omission of Inca culture in Peru .
This structure also remind visitors of the forms of the pyramids in Egypt .
in 1930.
He tried to explain it by giving three arguments.
#Pertama, Sculptor possibility Sukuh but not a bricklayer carpenter from the village and not from the palace .
#Kedua, Temples made with rather hurry up less tidy.
#Ketiga, The political situation is tense with by the collapse of Majapahit ,
not possible to create a large and magnificent temples.
The visitors entering the main door and entered the gate will see the
most typical form of architecture that is not arranged perpendicular but
somewhat oblique, trapezoidal in shape with a roof on it.
Rocks in this temple slightly reddish color, because the stones are worn is kind of andesite
Sudhamala successful story meruwat Goddess Durga from the curse of Lord Shiva, the prevailing background Sukuh.
Thus it is estimated temple is the place to ruwatan Sukuh.
Sudhamala is a reference to Raden Aquarius, the figure disguises the fifth, which means clean of sin.
I own several times visited Sukuh, while quite a lot of holiday visitors. But
for deliberately want to feel the spirit and legacy Ancestral Temple
shade of Majapahit era this weekend, I took time to visit it in the
morning before sunrise
or evening enjoy the sunset while silent.
I like to see and feel the combination of sunlight and fog incandescence that unfold here :)
Incredible peace and serenity here that I feel.
The Ancestors assume "that everything has its beginning".
Teaching is visualized in Lingga and Yoni Relief Meeting in Sukuh facing each other on the floor of the main gate.
Lingga and Yoni meeting Relief is also a "sangkala" which reads:
"Wiwara separated Hanahut Males" significant numbers in 1359 on the year.
Or 1437 AD, the year marker of early construction of a temple there.
Linga-Yoni symbol is not just a symbol of eroticism,
all is the language of symbols that need to be studied and understood its meaning is deeper and broader again :)
Humans can be called "gay simbolicus", creatures user symbols as a means to describe phenomena and abstract real.
These symbols can be used as a means of raising human consciousness.
Among the symbols that awareness-raising,
Lingga used as a symbol of masculine energy, "Yang", Men
Yoni worn as a symbol of feminine energy, "Yin", Women.
Lingga and Yoni is the Divine energy pathways in the human body and in the universe,
Lingga and Yoni consolidation produce something new, namely the creation.
Unity phallus and yoni symbolizes the creation of the world and fertility.
Without consolidation no next generation.
The court on Sukuh there Rahim Relief engraved with complete as a symbol
of fertility / perfection, the Universe loving motherhood,
so Yoni is the main force driving this life. No thanks mom who welcomed with joy the coming of the seed of the father, let him grow in his body,
keep it with love, and release it, remove it when it was a 'mature',
already perfect, of course disastrous life, then life will not take place until now.
That is more or less the philosophy that can be learned from this Sukuh,
a woman / IBU PERTIWI glorified and exalted with symbols that have
unfolded in the universe.
I prefer to call this temple is a temple MOM, I dunno .... hehehe
Maybe you want to visit and enjoy the exotic dam sanctity Sukuh this? enough
to pay the ticket Rp.3000, - you can move around as much, of course
while maintaining the ethical propriety (upload tradition) and also
maintain this historic site :)
Jadwal OpenTrip XploreAdventure BB 7A722B86 Call. / SMS / WA / Line / WeChat 085643455685: http://www.xplorewisata.com/2014/12/candi-sukuh-eksotisme-piramida-di.html#ixzz3MdnzGJUY
Follow us: @syarifain_ on Twitter | cikarsya.yogyakarta on Facebook