Kecelakaan Terburuk, 13 Pendaki Tewas di Gunung Everest
KATHMANDU, KOMPAS.com — Sebanyak 13
pemandu pendakian asal Nepal, yang tengah mempersiapkan rute untuk
pendakian komersial ke Gunung Everest, dilaporkan tewas pada Jumat
akibat longsoran salju. Kecelakaan paling mematikan yang pernah terjadi
di kawasan tertinggi di dunia, kata petugas.
Mereka yang tewas adalah kelompok besar Sherpa yang meninggalkan basecamp Everest sebelum fajar, membawa tenda, makanan dan tali, dalam sebuah ekspedisi pada musim pendakian yang diawali bulan ini.
Longsoran salju terjadi sekitar pukul 06.45 waktu setempat pada ketinggian sekitar 5.800 meter, di daerah yang dijuluki "ladang popcorn" yang membentang menuju rute air terjun salju Khumbu.
"Kami telah menemukan 12 jenazah dari salju," kata pejabat kementerian pariwisata Nepal Dipendra Paudel kepada AFP di Kathmandu.
Kondisi cuaca memburuk memaksa tim penyelamat untuk menangguhkan pencarian sampai Sabtu pagi, kata Paudel.
Terburuk
Salah seorang korban selamat mengatakan, puluhan Sherpa bergerak ketika longsoran salju menghantam. "Itu datang entah dari mana, balok besar es jatuh dari atas, terbang tempat menuju kami," kata Dawa Tashi Sherpa kepada AFP dari ranjang rumah sakit di Kathmandu.
"Saya ingin lari tapi tidak ada waktu, kami terjebak," kata pemandu berusia 22 tahun ini.
Seorang ahli pendakian yang berbasis di Kathmandu, Elizabeth Hawley, yang dianggap otoritas terkemuka di dunia pada pendakian Himalaya, mengatakan longsoran salju adalah kecelakaan tunggal paling mematikan dalam sejarah pendakian ke puncak gunung.
Kecelakaan terburuk di Everest sebelumnya terjadi pada 1996 ketika delapan orang tewas selama badai ketika mencoba ke puncak Everest, puncak yang pertama ditaklukkan pada tahun 1953 oleh Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay.
Tahun 1996 Tragedi diabadikan dalam buku laris "Into Thin Air" oleh wartawan mountaineering asal AS Jon Krakauer yang sekarang diangkat ke dalam film Hollywood.
"Peristiwa ini adalah benar-benar bencana terburuk di Everest, tidak ada pertanyaan," kata Hawley kepada AFP.
Risiko bagi Sherpa
Setiap musim panas di saat kondisi cuaca ideal, ratusan pendaki dari seluruh dunia berupaya menggapai puncak Everest.
Kecelakaan kali ini menggarisbawahi risiko besar yang ditanggung oleh Sherpa, yang membawa tenda, membawa persediaan makanan, tangga perbaikan dan tali fix untuk membantu pendaki yang membayar puluhan ribu dolar untuk menggapai puncak.
Sebuah pernyataan pemerintah mengatakan, Dorje Khatri, wakil presiden serikat pekerja penjelajahan yang telah mencapai puncak Everest delapan kali, termasuk di antara mereka yang tewas.
Dua tahun lalu, Karsang Namgyal Sherpa, pendaki berpengalaman yang mencapi puncak beberapa kali, juga telah tewas di gunung ini akibat penyakit ketinggian.
Lebih dari 300 orang tewas di Everest sejak pencapaian puncak gunung untuk pertama kalinya pada 1953.
Bencana terburuk yang tercatat sebelumnya yaitu pada 1995 ketika longsoran salju menghantam kamp pendaki asal Jepang, menewaskan 42 orang termasuk 13 pendaki Jepang.
Himalaya adalah rumah bagi delapan dari 14 puncak dunia yang memiliki ketinggian lebih dari 8.000 meter di atas permukaan laut.
Pemerintah Nepal telah mengeluarkan izin untuk 734 orang, termasuk 400 pemandu, untuk mendaki Everest musim panas tahun ini.
Untuk mengatasi kekhawatiran tentang kepadatan di atap dunia ini, pemerintah sebelumnya mengumumkan rencana untuk melipatgandakan jumlah tali di dinding es dekat puncak Everest untuk mengurangi risiko bagi pendaki. AFP
Ikuti rubrik foto ini di Twitter @kompasimages