Wisata Belitung, Bagaimana asal-usul batu granit dan batu satam di Belitung?
Sebelum menjawab pertanyaan pada
judul di atas, berikut adalah modul untuk pelatihan perencanaan dan
pengembangan geowisata untuk Belitung yang diselenggarakan atas kerja
sama UNDP, Disbudpar Provinsi Bangka-Belitung, dan Pusat Perencanaan dan
Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par) ITB, September 2013.
Jawaban atas asal-usul itu dapat dibaca pada Bagian II.
Begitu pula dalam artikel ini digunakan istilah “Pulau Belitong”
alih-alih “Belitung” seperti selama ini dianut. Setelah suksesnya buku
Laskar Pelangi yang diterjemahkan ke dalam 64 bahasa di hampir 100
negara, Andrea Hirata pengarangnya mungkin yang mendesak mengubah
Belitung ke asal-usul nama aslinya: Belitong. Nama ini aspirasi
baru dan mungkin belum diformalkan. Namun demikian masyarakat sudah
banyak menggunakannya, termasuk untuk pelatihan ini. Namun demikian
secara administratif nama Belitung tetap digunakan sebagai nama Provinsi
Bangka-Belitung dan nama Kabupaten Belitung dan Belitung Timur.
Modul Pengembangan Potensi Geowisata Pulau Belitong dan Sekitarnya
Tujuan :
Memberikan wawasan mengenai potensi sumber daya geologis Pulau
Belitong sebagai daya tarik wisata andalan serta potensinya untuk
menjadi geopark nasional, bahkan global di bawah keanggotaan GGN UNESCO.
Sasaran :
Peserta dapat :
- Memahami bahwa sumber daya geologis merupakan potensi pariwisata.
- Mengetahui keunggulan geologis Pulau Belitong dan perairannya.
- Mengenali daya tarik geowisata potensial di Pulau Belitong dsk.
- Mengenali atribut penting geowisata Pulau Belitong dsk.
- Memahami faktor-faktor penting dalam pengembangan geowisata Pulau Belitong dsk.
- Mengenali potensi Pulau Belitong untuk menjadi geopark nasional.
Waktu : 105 menit kuliah
I. Sumber Daya Geologis sebagai Potensi Pariwisata
Geowisata (geotourism) adalah kosakata yang relatif baru dalam kepariwisataan nasional. Istilah itu kurang populer dibanding ekowisata (ecotourism), atau agrowisata misalnya. Apa itu geowisata atau geotourism? Istilah geotourism
muncul tak lebih tua dari pertengahan 1990-an. Seorang ahli Geologi
dari Buckinghamshire Chilterns University di Inggris bernama Tom Hose
diperkirakan menjadi orang yang pertama aktif memperkenalkan istilah
itu. Ia misalnya menulis di Geological Society pada 1996 suatu makalah
berjudul “Geotourism, or can tourists become casual rock hounds: Geology on your doorstep”.
Tetapi untuk konsumsi umum, mungkin dapat diperkirakan bahwa kegiatan
geowisata mulai berkembang sejak maraknya para turis beransel (back-pack tourists)
pada 1980-an. Satu makalah yang ditulis oleh Jane James 1993 di sebuah
konferensi bertema “Memasyarakatkan Ilmu Kebumian” di Southampton,
Inggris, misalnya, masih menggunakan istilah pariwisata geologis (geological tourism) alih-alih geotourism.
Tom Hose yang diikuti kawan-kawan geologiawan lainnya di Eropa
jelas-jelas mendasarkan geowisata berbasis kepada geologi. G.M. TIMČÁK dari
Technical University Košice, Slovakia juga mendefinisikan geowisata
dari aspek geologi, yaitu sebagai suatu daerah tujuan wisata yang
kegiatan wisatanya berbasis pada karakter geologis, geomorfologis, dan
lingkungan alam.
Mulai dari Eropa itulah kemudian muncul istilah “taman bumi” (geopark),
yaitu kawasan konservasi yang melindungi peninggalan alamiah objek
geologis yang unik, langka, berharga, menarik, dan penting. Di bawah
jaringan UNESCO, di dunia sudah terbentuk 100 taman bumi (geopark
global) yang menjadi daya tarik dan tujuan geowisata utama. Di Asia
sudah dirintis oleh Cina yang kemudian diikuti Malaysia. Taman bumi
Pulau Langkawi, Malaysia, sejak 2006 resmi menjadi taman bumi pertama di
Asia Tenggara di bawah jaringan UNESCO. Indonesia yang memiliki banyak
keunikan fenomena geologis, tertinggal jauh dari negeri jiran itu, dan
baru mendapatkan pengakuan GGN pada 2012 melalui Taman Bumi Global Batur
(Batur Global Geopark) di Pulau Bali.
Jika Eropa, diikuti Australia, berpijak pada geologi sebagai basis
geowisata, Amerika Serikat sedikit lain. Asosiasi Industri Wisata dan
Perjalanan Amerika Serikat, TIA (Travel Industry Association of America)
mendefinisikan geowisata sebagai: “wisata berlanjut yang mengembangkan
karakter geografis suatu daerah kunjungan, termasuk di dalamnya lingkungan alam, budaya, nilai-nilai estetika, dan masyarakat setempat”.
National Geographic Foundation mendefinisikan geowisata
hampir sama dengan TIA, yaitu “pariwisata yang mendukung karakter
geografis tempat lingkungannya, budaya, warisan budaya, estetika, dan
kesejahteraan masyarakatnya”. National Geographic Foundation mempertegas bahwa geowisata berprinsip membangun karakter “sense of place”
secara geografis untuk mengembangkan daya tarik wisata yang memiliki
kekhasan lokal serta memberikan manfaat yang sama kepada wisatawan dan
masyarakat. Indonesia sendiri lebih cenderung mengikuti versi Eropa dan
Australia yang mengaitkan geowisata dengan fenomena dan karakter
geologis suatu tempat.
II. Geologi Pulau Belitong dan Sekitarnya
Kemunculan batu-batu granit di Kepulauan Bangka Belitung dalam bentuk
bongkah-bongkah raksasa menarik perhatian. Secara geologi, batu-batu
granit raksasa tersebut sebenarnya merupakan bagian dari suatu tubuh
batuan beku yang menjadi batuan dasar Indonesia bagian barat yang
disebut sebagai batolit. Sebaran batu granit ini
sebenarnya tidak hanya dijumpai di Bangka Belitung saja, tetapi juga
muncul di Kepulauan Riau hingga Semenanjung Malaysia, serta di kepulauan
Natuna. Selain di tempat-tempat tersebut, batuan dasar yang berada di
bawah Selat Karimata hingga Laut Cina Selatan, termasuk di sebagian
Kalimantan bagian barat, juga tersusun dari batu granit.
Secara geologi, batuan granit ini berumur Trias hingga Kapur, atau
terbentuk kira-kira antara 200 juta tahun hingga 65 juta tahun yang lalu
(Peta Geologi Lembar Belitung, Baharuddin dan Sidarto, 1995). Batuan
ini merupakan hasil pembekuan magma yang bersifat asam, yaitu dengan
kandungan silika yang tinggi lebih dari 65%.
Dari peta geologi terlihat bahwa granit tertua berumur Trias (Triassic)
tersebar di Belitung bagian barat laut, termasuk di Pantai
Tanjungtinggi, Pulau Kepayang dan Pulau Lengkuas. Singkapannya dengan
bongkah-bongkah besar berwara abu-abu terang, berkristal kasar hingga
sangat kasar. Granit ini kaya akan mineral kasiterit primer. Umur
absolutnya menurut penyelidikan Priem et al. 1975 (dalam Baharuddin dan
Sidarto, 1995) 208 – 245 juta (Zaman Trias).
Intrusi granit berikutnya berumur Zaman Jura (Jurasic)tersebar
terutama di bagian selatan Belitung, di Pantai Penyabong, termasuk juga
Bukit Baginde, dan Pantai Klumpang. Granit ini pada peta geologi
disebut Adamelit Baginda denganwarna abu-abu hingga kehijauan, berbutir
kasar hingga sangat kasar dan banyak dijumpai xenolit (batuan lain yang
masuk ke dalam intrusi) dan tidak mengandung kasiterit. Umur absolutnya
menurut penyelidikan Priem et al. 1975 (dalam Baharuddin dan Sidarto,
1995) 106 – 208 – 245 juta (Zaman Jura).
Intrusi granit paling muda adalah berumur Kapur (Cretaceous)
tersebar di timur laut Belitung, di Pantai Burungmandi dan Gunung
Bolong – Tanjung, yang lebih intermedier dan dikenal sebagai Granodiorit
Burungmandi, serta dalam sebaran terbatas di Gunung Batubesi dan Air
Dengong sebagai Diorit Kuarsa Batubesi. Warnanya umumnya lebih gelap
karena lebih banyak kandungan mineral berwarna gelap felspar. Butirannya
sedang, tidak kasar. Umur absolutnya menurut penyelidikan Priem et al.
1975 (dalam Baharuddin dan Sidarto, 1995) 115 – 106 juta (Zaman Kapur).
Seluruh intrusi granit, granodiorit dan diorit ini menerobos batuan
sedimen yang terlebih dahulu diendapkan pada Masa Paleozoik
(Permo-Karbon), yaitu Formasi Kelapakampit berupa selang-seling
batupasir-batulempung dan sisipan batuan sedimen lain, serta Formasi
Tajam berupa batupasir kuarsa dengan sisipan batulanau. Itulah sebabnya
kedua formasi batuan sedimen ini mengalami proses metamorfosis sehingga
berubah menjadi metasedimen yang lebih keras. Selain itu formasi-formasi
ini diterobos oleh urat-urat kuarsa yang banyak membawa mineral bijih
primer kasiterit.
Dari sisi mineralogi, jika kita amati batu granit, maka kita akan
jumpai banyak mineral yang mudah dikenal, yaitu yang berwarna terang
seperti kaca dengan bentuk tidak beraturan yang disebut sebagai mineral
kuarsa. Mineral lain yang biasanya muncul pada granit adalah K-felspar
atau orthoklas dan plagioklas yang biasanya dicirikan oleh
mineral-mineral memanjang berwarna coklat, merah muda pucat, atau putih.
Mineral lain adalah biotit yang berwarna coklat pucat dengan bentuk
pipih tipis sehingga disebut juga sebagai mika. Mineral lain dalam
persentase yang sangat kecil adalah mineral-mineral mafik golongan
felspar yang berwarna gelap, seperti hornblenda atau piroksen.
Pada beberapa bongkah batu granit, kita juga sering menemukan batu
lain yang tertanam di dalam granit. Batu lain ini juga berupa granit
dengan warna atau tekstur yang berbeda. Dalam geologi batu yang tertanam
di dalam granit disebut sebagai xenolit yang berarti batu asing. Proses
kejadiannya adalah ketika magma menerobos ke atas (intrusi), sebagian
batuan lain yang diterobos terpecah dan bongkahannya masuk ke dalam
magma. Ketika seluruh magma ini membeku menjadi granit, batuan asing
yang tercebur ke dalam magma itu pun ikut membeku bersama granit. Jenis
granit dengan banyak xenolit biasanya juga mempunyai bentuk-bentuk
kristal yang kasar. Granit seperti ini mempunyai istilah sendiri yang
disebut sebagai pegmatit.
II.1 Munculnya Bongkah-Bongkah Granit ke Permukaan
Granit membeku jauh di bawah permukaan Bumi pada kedalaman puluhan
kilometer. Digolongkan kedalam batuan beku dalam yang membnetuk batolit.
Oleh proses tektonik, batuan-batuan ini mengalami pengangkatan, bahkan
beberapa mengalami pematahan dan peretakan. Akibat dari proses tektonik
tersebut, batu granit yang tadinya berasal jauh di bawah permukaan Bumi,
muncul ke permukaan Bumi.
Selama proses pengangkatan granit dari bawah Bumi, tubuh granit
mengalami deformasi. Tubuhnya retak-retak. Ketika tubuh granit yang
retak-retak ini muncul di permukaan Bumi, proses pelapukan dan erosi
atau abrasi mengikisnya melalui retakan-retakan. Akibat proses ini yang
terjadi berulang-ulang selama ratusan hingga ribuan tahun, batu granit
yang muncul di permukaan seolah-olah merupakan bongkah batuan yang
terpisah-pisah. Padahal bongkah batu granit raksasa ini sebenarnya hanya
bagian atas dari tubuh sangat besar batu granit yang ada di bawah
permukaan Bumi.
Informasi dari para penyelam di sekitar Belitung, menyatakan bahwa
tubir-tubir bawah laut terdiri dari lereng-lereng terjal batu granit
yang menyambung antara satu pulau dengan pulau lainnya. Dari informasi
para penyelam ini, informasi geologi terkonfirmasi bahwa pada
kenyataannya, semua tubuh granit yang tersebar di Bangka-Belitung,
Kepulauan Riau, Singapura, Semenanjung Malaysia, di bawah Selatan
Karimata dan Laut Cina Selatan, Pulau Natuna dan sebagain Kalimantan
Barat, menyatu. Dalam geologi dikenal sebagai batolit seperti telah
diterangkan di awal tulisan ini.
II.2 Terbentuknya Bijih Timah
Timah yang menjadi kekayaan sumber daya mineral Bangka – Belitung,
juga di bawa oleh batu granit. Batu granit tertentu mengandung mineral
bijih timah yang dikenal sebagai mineral kasiterit yang tersusun atas
senyawa kimia oksida SnO2. Mineral kasiterit yang masih
berada di dalam batuan disebut sebagai mineral primer. Konsentrasinya
besar tetapi tidak terakumulasi pada tubuh granit tertentu, tetapi
menyebar secara luas di dalam tubuh batu granit. Selain itu, untuk
mengekstraksinya, yaitu memisahkan mineral kasiterit dari mineral
pembentuk batu granit lainnya, prosesnya sangat sulit.
Namun alam telah bekerja sedemikian rupa dengan cara pemisahan yang
berlangsung ratusan hingga ribuan tahun. Proses pelapukan menyebabkan
tubuh granit yang muncul ke permukaan yang umumnya keras, menjadi lunak
dan terurai menjadi tanah berpasir. Oleh proses erosi, bagian yang lunak
ini terhancurkan dan dibawa oleh aliran air menggelontor ke arah lereng
yang lebih rendah. Akhirnya lumpur berpasir hasil erosi bukit-bukit
granit akan diendapkan pada lembah-lembah sungai. Pada saat batuan
terurai menjadi tanah, dengan sendirinya mineral kasiterit terlepas,
lalu terbawa air, dan diendapkan di dalam sungai bersama pasir-pasir
lainnya yang umumnya berupa pasir kuarsa.
Karena hampir seluruh perbukitan di Kepulauan Bangka Belitung adalah
granit, sungai-sungai yang berhulu dari bukit-bukit granit ini membawa
kasiterit dan terkumpullah endapan kasiterit dalam jumlah yang
berlimpah. Dengan begitu, alam telah memisahkan antara pasir mineral
kasiterit dengan pasir batu lainnya, umumnya pasir kuarsa. Tinggal para
penambang sekarang dengan mudah memisahkan pasir kasiterit yang berberat
jenis lebih besar dengan pasir lainnya yang relatif lebih ringan.
II.3 Zaman Es
Dalam sejarah geologi selama Zaman Es Terakhir Wurm, air laut di
Indonesia diperkirakan telah surut 140 m di bawah muka air laut yang
sekarang. Pada saat air laut surut itulah, Pulau Bangka – Belitung
menjadi seperti puncak-puncak gunung yang tinggi, sementara Selat
Karimata dan Laut Jawa serta sebagain Laut Cina Selatan menjadi daratan
berupa dataran yang sangat luas. Sungai-sungai yang mengalir di dataran
(yang sekarang berupa dasar laut) jika berhulu dari Bangka – Belitung,
tentunya membawa endapan-endapan kasiterit juga, mulai dari di
lereng-lereng bawah, bahkan mungkin hingga jauh ke hilir di
sungai-sungai purba.
Saat Zaman Es berakhir dan air laut secara evolutif naik hingga pada
elevasi permukaan yang sekarang, seluruh dataran dan sungai-sungai purba
tersebut sekarang tenggelam di dasar laut. Itulah mengapa penambangan
pasir timah masih terus merangsek ke arah lepas pantai mengejar
jalur-jalur sungai purba yang telah tenggelam.
II.4 Mineral Tanah Jarang
Mineral tanah jarang atau Rare Earth Minerals (REE) adalah
mineral-mineral yang di alam dijumpai sangat sedikit. Namun sekarang,
REE banyak diincar untuk industri elektronika dan komputer, terutama
silikon dan titanium. Dari Bangka-Belitung, kedua unsur ini diperkirakan
melimpah yang tercampur dengan pasir kuarsa. Sekarang pasir kuarsa
malah dianggap limbah dari penambangan pasir timah.
Pada kasus pembelian “limbah” pasir oleh Singapura dari Pulau
Singkep, Riau, ada kecurigaan bahwa Singapura justru mengincar REE-nya
dibandingkan pasirnya yang dilaporkan hanya untuk mereklamasi pantainya.
Tentu hal ini perlu diteliti lebih lanjut, tetapi mulai sekarang kita
harus hati-hati jika ada negara lain yang berminat besar membeli pasir
kuarsa dengan harga murah yang kita anggap sebagai limbah.
II.5. Batu Satam
Batu satam sangat terkenal di Belitong. Tugu di Simpang Lima Kota
Tanjungpandan berikon batu satam raksasa. Batu berwarna hitam legam
dengan lubang-lubang tersebut dijual sangat mahal. Misalnya satu kerikil
batu satam seukuran kelereng ditawarkan seharga Rp 1 atau 2 juta
rupiah. Mengapa begitu mahal?
Memang batu satam sangat sulit ditemukan, baik di Belitong maupun di
tempat lain di Bumi ini. Kejadiannya memang sangat langka karena
berhubungan dengan kejadian jatuhnya meteorit ke Bumi. Namun selama ini
masyarakat Belitong selalu menganggap batu satam sebagai pecahan dari
meteorit. Padahal batu satam sebenarnya adalah pecahan dari permukaan
Bumi yang terkena hantaman luar biasa dahsyat dari meteorit yang jatuh
dari luar angkasa. Ketika hantaman itu memburaikan tanah dan batuan di
permukaan Bumi, mereka terlontarkan dan sempat mengalami pelelehan
akibat suhu yang sangat tinggi untuk kemudian membeku kembali sebagai
batu satam, atau dalam geologi istilahnya adalah tektit (tektite; dari bahasa Yunani yang bermakna ‘meleleh’).
Berikut bagaimana terbentuknya tektit (batu satam) yang diterjemahkan
bebas dari wikipedia: tektit terdiri dari puing-puing terestrial
(Bumi) yang terbentuk selama pembentukan kawah akibat hantaman meteorit.
Selama kondisi ekstrim yang diciptakan oleh hantaman yang berasal dari
luar angkasa itu, dampak hypervelocity (kecepatan yang sangat
tinggi), tanah, sedimen atau batuan di permukaan Bumi entah meleleh,
menguap, atau kombinasi dari keduanya, terlontar dari kawah hantaman
meteorit. Setelah ejeksi dari kawah, materi lelehan cair yang terbentuk
berukuran milimeter hingga sentimeter itu ketika kembali memasuki
atmosfer, lalu dengan cepat didinginkan untuk membentuk tektites. Mereka
dapat terlontar hingga ratusan atau bahkan ribuan kilometer jauhnya
dari lokasi tumbukan.
Hasil diskusi dengan Ma’rufin Sudibyo di jejaring
sosial, ahli astronomi yang bekerja di Kantor Agama Kebumen, Jawa
Tengah, mengatakan bahwa secara teoritis tiap tumbukan benda langit
memang memproduksi tektit. Namun kenyataannya sangat sedikit tektit yang
masih dijumpai di sekitar kawah tumbukan pada saat ini. Tektit termuda
dijumpai di Wabar, Saudi Arabia yang terbentuk kurang dari 2 abad silam.
Jejak kawahnya pun masih ada meskipun hampir terbenam pasir ar-Rub’
al-Khali. Dari lebih dari 180 buah struktur produk tumbukan benda langit
yang telah teridentifikasi dan telah valid, tak semuanya seberuntung
Wabar.
Pada saat ini secara umum hanya ada tiga kawah produk tumbukan benda
langit yang masih mengandung tektit di sekelilingnya, yakni Chesapeake Bay (umur +/- 35 juta tahun, diameter 95 km) di AS, Ries (+/- 14 juta tahun, diameter 24 km) di Jerman, dan Bosumtwi
( +/- 1 juta tahun, diameter 10 km). Populasi tektit terbesar ada di
Australasia, meliputi hampir seluruh Asia Tenggara, Australia dan
sebagian Samudera Hindia dan terbentuk pada 0,8 juta tahun silam, tetapi
di sini belum ditemukan lokasi kawah tumbukannya.
Batu satam adalah tektit dan secara teknis disebut bilitonit.
Ia merupakan bagian dari tektit Australasia, yang terbentuk +/- 0,8
juta tahun silam. Bilitonit masih sekeluarga (dan juga seumur) dengan
javanit di pulau Jawa (misalnya yang tersingkap di Sangiran) dan tektit
Muong-Nong di Indocina. Tektit Muong-Nong ini unik, karena jauh lebih
berat (hingga 20 kg) dan berlapis-lapis, yang menunjukkan posisi sumber
pembentuknya tak jauh dari lokasi sebaran tektit ini.
III. Daya Tarik Geowisata Potensial di Pulau Belitong dsk
Newsome (2005) menjelaskan bahwa daya tarik
geowisata dapat berupa bentuk geologis suatu tempat maupun proses
geologisnya. Lebih jauh lagi, Newsome menjelaskan bahwa terdapat tiga
skala daya tarik geowisata, yaitu skala makro (misal Grand Canyon, USA),
skala meso (Wave Rock, Australia), dan skala mikro (fossil beds, UK).
Secara lebih detil, bentuk-bentuk geologis dan proses geologis yang
dapat menjadi daya tarik wisata dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Mengacu pada definisi-definisi yang telah dikembangkan, geowisata
juga mencakup aspek budaya, lingkungan, dan sosial masyarakatnya. Oleh
karena itu, potensi budaya, lingkungan, dan sosial masyarakat yang
terkait dengan bentuk dan proses geologis suatu tempat dapat menjadi
daya tarik geowisata.
Kepulauan Bangka Belitung sejak jaman dahulu sudah sangat dikenal
sebagai penghasil timah terbesar, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga
di dunia. Sejarah dan budaya masyarakat Kepulauan Bangka Belitung juga
sangat terkait dengan potensi sumber daya alamnya sebagai penghasil
timah. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bongkah-bongkah batu
granit raksasa yang sangat menarik perhatian di Kepulauan Bangka
Belitung mengandung mineral bijih timah yang menjadi kekayaan alam
terbesar bagi Kepulauan Bangka Belitung. Potensi sejarah bentukan alam
yang khas dengan batu-batu granit raksasa dan bentukan alamnya sendiri,
sejarah penemuan timah, pengolahan timah, budaya masyarakat timah,
sampai pada bentang alam pasca penambangan timah merupakan daya tarik
wisata yang bernilai jual tinggi di Kepulauan Bangka Belitung. Pulau
Belitong sebagai satu dari dua pulau besar di Kepulauan Bangka Belitung
memiliki bentuk geologis batu-batuan granit raksasa yang lebih unik
dibandingkan pulau-pulau lainnnya.
Pulau Belitong dan sekitarnya memiliki potensi daya tarik geowisata yang sangat kaya, yaitu:
Danau Kaolin Kolong Murai
Danau Kaolin Kolong Murai terletak di Jalan Murai, 6 km dari Kota
Tanjung Pandan. Danau ini terbentuk akibat penambangan kaolin.
Hamparan tanah kaolin yang berwarna putih di permukaan dan di dasar
danau mengakibatkan warna air menjadi kebiru-biruan. Bentuk danau
kaolin dan lingkungan sekitarnya serta proses pembentukan danau ini
berpotensi menjadi daya tarik geowisata.
|
Taman Hiburan Kolong Keramik
Taman Hiburan Kolong Keramik berlokasi di Desa Lesong Batang,
Kecamatan Tanjung Pandan dan berjarak 5 km dari Kota Tanjung Pandan.
Taman hiburan ini merupakan adalah sebuah tempat rekreasi yang
memanfaatkan danau kolong keramik sebagai atraksi utamanya. Cerita
proses pengembangan kolong menjadi taman rekreasi berpotensi menjadi
daya tarik geowisata.
|
Hotel Biliton dan Toapekong Ho A Joen
Hotel yang terletak di Pusat Kota Tanjung Pandan ini merupakan
bangunan peninggalan bekas kediaman Kapiten Ho A Joen sebagai Kapiten
Cina pertama di Pulau Belitung. Kedatangan Kapiten Cina sangat
terkait dengan proses penambangan dan pengolahan timah di Pulau
Belitung. Bangunan Toapekong ini memiliki keunikan karena berhiaskan
batu giok dengan berbagai simbol yang sarat makna.
|
Museum Pemerintah Kabupaten Belitung Museum yang terletak di Jalan Melati, Desa Tanjung Pendam ini semula bernama Museum Geologi yang khusus menyimpan berbagai jenis bebatuan serta maket yang menggambarkan sejarah perjalanan eksplorasi penambangan timah. Museum ini dibangun atas prakarsa Dr. Osbenger seorang ahli geologi berkebangsaan Austria pada tahun 1962 yang pada saat itu bertugas di Unit Penambangan Timah Belitung. |
Situs Benteng Kuehn
Benteng ini dibangun oleh Kapten Kuehn pada tahun 1823 dan berada
di Desa Ai Beruta Pangkalalang, Kecamatan Tanjung Pandan. Benteng ini
berfungsi untuk menggantikan benteng yang dibangun oleh De La Motte di
Tanjung Simba, Cerucuk. Awalnya, benteng ini menjadi tempat tinggal
pejabat pemerintah dan pionir penambangan timah kolonial sebelum
dibangunnya emplasment. Saat ini hanya tersisa bekas bastion di sudut
tenggara. |
Bukit Berahu
Bukit berahu merupakan kawasan resort yang berlokasi di Desa
Tanjung Binga yang berjarak sekitar 18 Km dari Tanjung Pandan. Pantai
Bukit Berahu merupakan pantai berpasir putih yang dihiasi bebatuan
granit. Bentuk batu granit dan proses pembentukannya dapat
dikembangkan sebagai daya tarik geowisata. |
Pantai Tanjung Kelayang Pantai Tanjung Kelayang merupakan salah satu daya tarik wisata pantai di Desa Keciput, Kecamatan Sijuk dan berada 27 km dari Kota Tanjung Pandan. Kawasan Pantai Tanjung Kelayang ini memiliki hamparan pantai berbentuk teluk.Tepat di seberang pantai ini, wisatawan dapat melihat langsung di kejauhan Pulau Burung yang merupakan maskot pantai Tanjung Kelayang yang berupa tumpukan batu granit menyerupai kepala burung. Di pantai ini setiap tahunnya pada bulan Oktober dijadikan sebagai pusat titik labuh kapal layar bagi yachter yang tergabung dalam Sail Indonesia. |
Pantai Tanjung Tinggi Pantai Tanjung Tinggi merupakan pantai dengan ikon batu-batuan granit dengan ukuran yang besar menjulang. Pantai ini terdapat di Desa Tanjung Tinggi dan berjarak 31 km dari Kota Tanjung Pandan. |
Pulau Burung Pulau Burung merupakan pulau dengan kumpulan batu-batuan unik dan salah satunya menyerupai kepala burung. Pulau ini berada di Desa Tanjung Binga dan berjarak 2 mil laut dari Tanjung Pandan. |
085.643.455.685
D72E559E / 7A722B86
Instagram : instagram.com/xplore.wisata
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
Instagram : instagram.com/xplore.gunung
Instagram : instagram.com/syarifain
Fanspage Umum : facebook.com/xplore.wisata
Fanspage Gunung : facebook.com/xplore.gunung
Website :
#porter #guide #pemandu #transport lokal #rinjani 3.726 mdpl #semeru 3.676 mdpl #slamet 3.428 mdpl #lawu 3.265 mdpl #merbabu 3.145 mdpl #sindoro 3.150 mdpl #gunungprau 2.565 mdpl #gunungsikunir #porterrinjani #portersemeru #porterargopuro #portermerbabu #porterlawu #porterslamet #portersumbing #portersindoro #kaosadventure #kaosbacpacker #backpackerindonesia #opentripsemeru #opentripmerbabu #opentripkarimunjawa #opentriprinjani #cikuray #gede #parango #gunungsalak #bromo #karimunjawa #guapindul #raftingsungaielo #raftingelo #raftingprogo #tangkubanperahu
Tags:
Prop Bangka Belitung
Thanks for the information!
BalasHapusDont forget to click https://ittelkom-sby.ac.id/